(TUTUP BUKU KEHIDUPAN SEORANG PASTOR NATALIS GOBAI, PR
DI KEUSUPAN TIMIKA PAPUA)
Oleh Santon Tekege
Terdengarlah berita yang tak diduga oleh setiap kita. Berita itu mewarnai duka nestapa dan tangisan yang tersiar di mana-mana di seluruh tanah Papua. Berita itu tidak lain, berita duka meninggalnya Pastor Natalis Gobai, Pr. Wakil Uskup Keuskupan
Timika, Pastor Natatalis Gobay, Pr meninggal siang, Minggu 1 Februari 2015
sekitar Pukul 13:00 waktu setempat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nabire-Papua. Kegiatannya seperti biasa dilakukan dari Pastoran
Kristus Raja (KR) Malompo. Mama Marlin (pembantu masak di Pastoran), paginya,
Pastor Nato memimpim perayaan ekaristi di Gereja KR Siriwini Nabire. Setelah
itu, Pastor cerita-cerita dengan para frater dari Tahun Orientasi Rohani (TOR)
Jayanti Wadio di Pastoran. Saat saya masak di dapur, saya dengar ada bunyi
besar di arah kamar Pastor. Saya ke sana cepat dan melihat Pastor sudah jatuh
di kamar mandi. Pastor sudah tidak bersuara. Saya panggil Pastor punya om dan
umat untuk dibawa ke rumah sakit. Tiba di sana, Pastor sudah tidak tertolong,
katanya dengan meneteskan air mata.
Salah satu umat Gereja KR,
menjelaskan, saat kotbah pada hari Minggu pagi tadi, Pastor Nato mengingatkan, “setiap orang saling menghargai dan
menghormati dalam keluarga dan masyarakat. "Tadi
pagi, pater kotbah, suami tunduk pada istri, istri tunduk pada suami. Anak-anak
dengarkan orang tua. Saling mengasihi antar kalian dalam hidup”, kata umat
Kombas St. Yohanes Pemandi (Paroki KR Malompo Nabire) katanya Ibu Degei. (Baca Majalah Selangkah)
Pastor Nato Menolak
Ketidakadilan
Pastor Nato adalah seorang pastor
orang asli Papua yang dengan lantang dalam berbagai kesempatan dan forum
menentang ketidakadilan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di tanah Papua. Saat ia
bertugas di Pastor Paroki Santa Maria Biak misalnya, Pater Nato menentang
pelanggaran HAM di tanah Papua. Bahkan, ia sempat ke sejumlah negara untuk
berbicara kondisi HAM di Papua.
Makalah yang ia sampaikan
pada 29-30 Juni 2000 di Berlin misalnya bisa Anda baca di sini, "TANTANGAN GEREJA DALAM
MENSIKAPI KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN DI PAPUA BARAT". Pastor Nato
Gobay juga menentang keras menindas orang lain dengan mengatasnamakan iman.
Iman seringkali dijadikan alat untuk menindas orang lain. "Banyak umat kristiani
perilakunya dan tindakannya menindas orang lain. Di Papua, banyak umat
Kristiani mengaku orang Kristen dan membawa-bawa agama atau imannya dalam
kata-kata unuk meloloskan diri dalam pekerjaan atau himpitan tetapi perilakunya
di lapangan justru menindas orang lain", (baca: Wakil Uskup Timika: Jangan Menindas
Atasnamakan Iman).
Pastor Nato Gobay, Pr dalam
kotbahnya pada perayaan Hari Kristus Raja di Gereja Kristus Raja Nabire, Minggu
23 November 2014 lalu meminta umat Katolik untuk mengingatkan kepada toko
penjual minuman keras, warga penjual minuman lokal, penginapan gelap/kumpul
kebo, Panti Pijat, Praktek Diskotik, Cafe, Bar, Togel, Lokalisasi dan Narkoba
di Wilayah Meepago untuk segera tutup dalam jangka waktu 6 bulan sejak 20
November 2014. "Masyarakat
adat Meepago telah menggelar Musyawarah Besar (Mubes). Hasilnya, masyarakat memberikan
waktu 6 bulan untuk tutup miras pabrik dan miras lokal serta semua bar, panti
pijat dan lokalisasi; cabut semua izin dan terbitkan Perda larangan. Dalam
waktu 6 bulan ini segera beralih usaha. Kalau tidak, saya akan pimpin hancurkan Miras dan Prostitusi," kata Pastor Nato saat
itu.
Ia juga bicara keras atas
kasus Paniai. Dalam pidatonya saat penahbisan 10 imam baru di Gereja Kristus
Sahabat Kita (KSK) Nabire, Selasa 6 Januari 2015 menentang keras penembakan di
Paniai. Pada acara yang dihadiri ribuan orang dan disiarkan langsung RRI itu,
Pater Nato menegaskan, orang Papua bukan binatang buruan. "Pemerintah dan aparat militer
baik TNI maupun Polri, tolong jangan lakukan penembakan terhadap umat saya.
Tidak lama ini aparat sudah menembak mati lima anak muda yang menjadi harapan
bangsa ini. Itu terjadi di kampung saya. Saya minta jangan lagi melakukan
penembakan terhadap umat saya," tegas Nato saat itu. Saya tidak mau lihat lagi. Saya tidak mau
dengar lagi kamu (aparat-red) tembak lagi umat saya di tanah Papua ini kedua
kalinya. “Me wagi kouko daa” artinya tidak boleh membunuh. Manusia Papua itu
bukan kus-kus yang harus diburu terus. Harus menciptakan damai di tanah Papua.
Bukan menciptakan konflik.
Pada saat itu, Pastor Nato
meminta kepada 10 Imam baru Keuskupan Timika yang baru ditahbiskan
tersebut untuk menjadi suara bagi umatnya yang tak bisa bersuara atas
berbagai soal di tanah Papua, khususnya di wilayah Keuskupan Timika, (baca: Wakil Uskup Timika Minta 10 Imam Baru
Bersuara Atas Berbagai Soal di Papua).
Kematian
adalah milik Sang Pencipta. Ia tak bisa ditolak oleh manusia, termasuk oleh
Pastor Nato. Banyak tugas mulia dan banyak ide, tentang pendidikan YPPK,
tentang pembangunan Gereja KR yang besar, tentang HAM, tentang kesehatan
(pemberantasan HIV/Miras), dan masih banyak lagi telah pergi bersama Pastor Nato.
Kepergian Pastor Nato kepada
Bapa di Surga adalah kehilangan besar bagi banyak orang di tanah Papua. Tidak
hanya bagi umatnya di gereja KR, tetapi juga bagi banyak orang yang ia layani
dan ia suarakan dengan lantang selama hidupnya di tanah Papua.
Duka Uskup Saklil: Kali Ini Engkau
Datang dengan Cara yang Berbeda
Kalimat pertama menyambut jenasah
Pastor Nato Gobay, Pr menyentuh warga dan umat yang berduka sekelilingnya. Duka
bagi warga Mimika, setelah jenasah itu tiba dari kota Nabire, tempat kematian
pastor Projo Keuskupan Timika itu. “Kali ini (Pastor) Natalis Gobay, datang dengan cara
yang berbeda,” sambut Uskup Keuskupan Timika, John Philip Saklil, selasa 3 Februari 2015 pada jam 15.00 sore waktu
setempat.
Sambutan itu diungkapkan Uskup ketika
arak-arakan jenasah itu tiba dari bandar Udara Moses Kilangin Timika menuju
pintu Gereja Katedral Tiga Raja Timika. Riak dan tangis kaum ibu menyelimuti
suasana duka itu. Beraneka ragam kisah, suka dan duka bersama pastor terungkap
saat itu. Mereka mengisahkan kisah perjumpaan bahkan nasehat dan motivasi dari
pastor kala situasi beragam di waktu silam di kota dollar ini. “Ini mau berdoa
untuk Pastor Nato. Jadi tidak usah menangis,” tegur seorang Bapa, mengingatkan
ibu-ibu itu.
Selanjutnya, jenasah itu diarak menuju
ke depan Altar Gereja katolik terbesar di Kota Timika itu. Ibadah penyambutan
jenasah dipimpin Uskup Timika, Mgr John Philip Saklil, Pr. Pimpinan gereja
katolik itu tampak mengenakan jubah kebesaran berwarna unggu, tanda
perkabungan. Demikian juga warna hitam dan putih untuk sejumlah pastor dari
Keuskupan Timika dan beberapa pastor yang bertugas di lingkup Keuskupan
Jayapura turut berduka dalam ibadah penyambutan itu. Proses perayaan
penyambutan dilangsungkan kurang lebih sekitar 15 menit. Usai ibadah singkat,
separuh umat dan keluarga beserta kerabat mengunjungi dan menangis pembaringan
sementara jasad di depan altar suci gereja Katolik, bertujuan hendak mengetahui
dan memastikan nasib pastor itu. Mereka menangisi di depan altar itu. Berbagai ungkapan
dan lontaran kalimat bercampur tangis. Tentunya, duka lebih banyak dibanding,
kisah suka di masa lalu bersama Pastor pemberani dan pembela Hak Asasi Manusia
(HAM) itu.
Pemakaman Pastor Nato Gobay,
Pr di Pekuburan Unio Projo
Setelah
2 hari dua malam disemayamkan di Gereja Katolik Katedral Timika, kini tiba
saatnya untuk mengadakan misa penghormatan terakhir untuk Pastor Natalis Gobay.
Ribuan umat dari denominasi Gereja di Timika dan umat Katolik merayakan misa
penutupan tutup buku Kehidupan Pastor Nato Gobay.
Sebelum
jenazah diberangkatkan, adanya beberapa kata-kata sambutan. Perwakilan dari
keluarga, bapak Drs. Ayub Kayame, menyampaikan bahwa kami persembahkan kepala
Allah, Pastor Natalis Gobay, Pr atau dalam Gereja Kingmi terdaftar nama Yulius
Gobay. Dia adalah sosok pejuang perdamaian dan keadilan, sosok pejuang HAM, dan
pejuang bagi semua orang di Papua. Bapak Ayub Kayame mengajak agar kita semua
belajar dari sosok pejuang segala hal ini. Dan beliau berkata “Keuskupan Timika adalah kebunnya masih
luas, butuh anak-anak generasi berikut pengganti Pastor Nato di Keuskupan
Timika”, karena itu beliau meminta Uskup agar kaderkan anak-anak muda di
Keuskupan ini, dan ditutup dengan istilah “Uwaakomo kaa, tookomo kaa”.
Sementara
Pastor Amandus Rahadat, Pr menyampaikan dalam sambutannya bahwa Pastor Nato
memperhatikan beberapa bidang. Bidang-bidang tersebut adalah Pertama, bidang pendidikan (Yayasan,
Pendidikan Pastoral, dan Pedoman YPPK); kedua,
Bidang Sosial Ekonomi (keberpihakan pada orang miskin dan lemah, perhatian pada
Mama-mama asli Kamoro dan Amungme, memperjuangkan LPMAK dana 1 %, dan CU; ketiga, bidang Pembelaan HAM
(pendampingan bagi para korban ketidakadilan, menyuarakan kasus pembunuhan, dan
dialah seorang imam Katolik yang berani menyuarakan orang yang miskin,
menderita dan tertindas oleh penguasa Indonesia); dan keempat, bidang kesehatan (beliau bicara soal HIV dan AIDS, dan
mengadakan musyawara besar untuk kasus virus HIV dan AIDS). Selanjutnya
pemerintah Mimika wakil Bupati Mimika bapak Bassang, dan Perwakilan Gubernur
Papua. Akhirnya sambutan ditutup oleh Mgr. Uskup Timika bahwa “Nato selalu suka damai, karena itu kita
antar dengan damai” di tempat peristirahatan terakhir dalam peziarahan
seorang Nato.
Setelah
misa, ribuan umat berarak mengikuti jejak pelayanan Pastor Nato mulai dari
Gereja Tiga Raja, masuk di jalan Koperapoka, lanjut di Belibis dan Timika
Indah, kemudian masuk di jalan SP 2 dan menuju ke Pekuburan Unio Projo. Ribuan
umat jalan kaki dan ribuan orang jalan dengan kendaraan. Akhirnya Pastor
Natalis Gobai, Pr disemayamkan di pekuburan Unio Projo Kompleks Keuskupan
Transit Bobaigo di jalan SP 2 Timika.
Tutup Buku Kehidupan Pastor
Natalis Gobai, Pr
Hari
ini, kita menutupi seluruh kehidupan Pastor Natalis Gobai, Pr. Kita merayakan 7
malam hari ini, berarti kita tutup buku kehidupannya. Dalam perayaan 7 malam
meninggalnya Pastor Nato itu, dipimpin langsung oleh Mgr. Uskup Timika-Papua.
Dalam
kotbahnya, Mgr. Uskup Timika mengingatkan kita bahwa semua orang akan meninggal
dunia, itu pernyataan iman. Kita bertanya apakah kita masuk surga atau neraka.
Untuk jawab itu adalah tergantung kita buat apa sekarang ini. Apa yang kita
buat sekarang ini akan menjadi tiket masuk surga. Apa yang kita buat sekarang
akan menjadi jaminan, Apakah kita ditolak atau diterima Allah. Kita tidak bisa
katakan saya ini orang hebat, pengaruh, pejabat atau lainnya. Injil hari ini
mengajak kita bahwa mereka yang masuk surga adalah mereka yang melakukan
kehendak Allah.
Selanjutnya
bahwa kita tidak tahu apakah Pastor Nato masuk Surga atau tidak. Kita semua
tidak tahu. Yang menentukan masuk Surga atau tidak adalah Tuhan Allah sendiri.
Tapi kita sebagai orang beriman percaya bahwa kita berdoa agar dia diterima di
sisi Allah. Karena alasannya bahwa dia sudah menjalankan hidup yang baik. Yang
jelasnya bahwa pastor Nato telah membuat banyak hal. Dia berdoa kepada mereka
yang sakit, bisa sembuh, menderita bisa hidup baik, susah bisa gembira, lapar
bisa kenyang, dan lainnya.
Pastor
Nato sudah berjanji kepada Tuhan dan dia membuat perjalanan panjang. Kita yakin
bahwa dia sudah membuat banyak hal demi banyak orang di negeri ini. Kita
menyesal karena dia sudah tidak ada. Kita sedih karena dia membuat banyak hal.
Maka itu kita percaya bahwa pastilah dia diterima di sisi Allah tapi kita tidak
tahu. Kapan dia mau ambil atau kapan kita dipanggil Tuhan. Karena semuanya
adalah rencana Allah. Siapa pun yang meninggal adalah dia tutup buku. Kita
menangis tapi menangisi diri kita. Kita sedih untuk diri kita karena kita semua
masih dalam perjalanan dan kita buat apa agar kita masuk surga.
Mgr.
Uskup Keuskupan Timika mengingatkan pesan-pesan dari seornag PastorNato. Dan Nato
bilang: kalau ko masuk surga, maka ko jangan benci orang lain. Kalau masuk
surga ko harus berjuang agar semua orang bisa hidup baik. Semua orang bisa
hidup dalam kebenaran. Dia bilang kamu semua harus hidup benar. Bukan mereka
saja tapi kita semua hidup baik. Kalau hidup benar, maka itu, siapa yang melawan
kebenaran dia berperan. Siapa yang melawan ketidakadilan dia bermusuhan. Semua
orang yg berada dalam penindasan, Nato berperan terus. Tugas kita adalah tidak
usah menangis. Kalau engkau sayang Nato, teruskan dia punya hidup, engkau
teruskan teladan, dan teruskan dia punya nasehat, teruskan dia punya kata.
Kalau hari ini saja dan kembali pada hidup sebelumnya, maka percuma saja
kelakuan itu.
Seorang
Nato berjuang HAM bukan saja sembayang di gereja. Dia buat di lapangan dan dia
bicara. Kita juga bersama berjuang agar semua orang hidup dalam damai. Seorang
Nato bilang bicara terus pendidikan. Dia bicara terus mengenai pendidikan, dia
nasehat harus sekolah sampai sarjana, dan bicara soal berbagai anak-anak muda
yang tidak sekolah. Karena Papua akan selamatkan kalau anak-anaknya sekolah.
Kalau anak-anakmu tidak sekolah, akan bikin kacau situasi dan kehidupan
masyarakat sekitarnya. Di mana-mana orang butuh ijazah dan semua kantor butuh
ijazah. Kalau minum mabuk tidak pakai ijazah. Banyak anak tidak sekolah, baca,
hitung, dan tugasnya hanya sebagai karyawan minum mabuk saja.
Kalau
kamu mau sayang sama Nato, maka kita harus ikuti nasehatnya agar anak-anak bisa
sekolah. Untuk apa ko menangis, sementara anak mu tidak sekolah. Percuma, tidak
usah menangis. Ko menangis karena saya pu om, tete, bapak, dan tanta tetapi ko
pu anak tidak sekolah padahal Nato bicara tentang sekolah, pendidikan, dan
lainnya. Kalau mau menjadi Nato, ko harus sekolah. Itu pesan. Dia tidak kasih
tinggal uang, mobil, motor, babi, maitua. Tetapi dia kasih tinggal nasehat dan
pesan-pesan. Nato bilang: Hati-hati dengan penyakit HIV dan AIDS. Hal itu yang dia
bicarakan pada 17-20 November 2014 di Nabire.
Dalam
Mubes itu, hati-hati ko kawin orang di pasar, nanti ko bawa penyakit HIV dan
AIDS. Hati-hati dengan miras karena orang papua mati karena miras, HIV dan AIDS.
Ko sendiri yang pergi cari sama dia. Orang banyak meninggal karena miras, HIV
dan AIDS bukan karena perang. Jangan salahkan orang lain karena ko sendiri yang
cari dia. Banyak orang mati mudah karena barang-barang ini. Kalau ko sayang
Nato, ko kasih tinggal itu. Itulah dia
punya nasehat dan kata-kata terakhir.
Untuk
apa menangis kalau ko tidak ikut nasehat. Untuk menangis dia tapi ko tidak
sekolah. Untuk apa ko menangis-menangis tapi ko pergi cari di pasar, tidak tahu
cari apa di pasar?
Maka
itu hari ini, kita tutup cerita Nato. Tuhan Allah menutup buku kehidupan Nato
di dunia ini. Namun ko harus lihat ke depan. Karena cerita Pastor, Tuhan Allah tutup hari ini. Ko harus pikir
dan lihat masa depan, saya harus buat apa?
Bapa
Uskup Timika mengingatkan kepada bahwa Patoga Nato buat itu, saya bicara, saya
lanjutkan, dan buat apa untuk hari ini dan masa depan? Daripada ko cari siapa
salah atau siapa yang bunuh. Kalau ko mau hidup, ko lihat masa depan. Saya
punya anak bagaimana supaya anak ku ini menjadi pengganti Nato. Nato hebat maka
banyak orang hebat. Nato hebat karena itu semua orang sedih dan merasa
kehilangan. Karena itu, ko harus berjuang dan bicara banyak orang demi
keselamatan bagi banyak orang di bumi Papua. Semua orang di mana-mana asap babi
naik, bukan saja asap doa tapi asap babi naik di mana-mana (di Badauwo,
Enarotali, Nabire, Timika). Karena itu Tuhan Allah bingun lihat yang asap babi
atau asap doa, ternyata Tuhan Allah mendengarkan asap doa-doa agar Nato masuk
Surga.
Penulis:
Penulis Petugas Pastoral Keuskupan Timika-Papua.