PERAYAAN
SYUKUR 25 TAHUN HIDUP MEMBIARA
(Suster
Olidia, TMM, dan Suster Vera, TMM di Keuskupan Timika-Papua)
Suster
Odilia, TMM dan Suster Vera, TMM merayakan syukur 25 tahun hidup membiara 8 Desember 1989 sampai 8 Desember 2014.
Kedua suster ini, merayakan syukur hidup membiara di beberapa tempat. Kali ini
kedua suster merayakan bersama keluarga Saklil di SP 2 dan dalam komunitas rumah
Biara TMM pada 31 Januari 2015.
Perayaan
syukur itu langsung dipimpin oleh Mgr Uskup Timika-Papua. Dalam Homili Mgr.
Uskup: MARIA ENGKAU LAHIR seorang Anak Penyelamat, dan engkau sebut Mesias. Pasti
sebagai seorang kampung, Maria bingun dan takut. Karena dia bilang mengapa
seorang seperti Raja segala raja Yesus itu, saya yang lahir, kasih saja camat
atau bupati atau Gubernur atau Presiden yang lahirkah? Maria takut dan cemas. Dan
untuk itu, Maria mengumuli dan menceritakan dengan Elisabeth saudarinya.
Mengapa ini harus terjadi pada saya? Karena Maria merasa bahwa bagaimana saya
bisa jelaskan kepada orang lain bahwa anak-Ku adalah Putra Allah. Pengalaman
dia menjadi pengalaman bersama kita. Kita juga punya masalah dan kecemasan dan
takut, seperti Maria, Yusuf, dan Yesus. Pertanyaan paling penting adalah
Bagaimana saya harus menghadapi kesulitan itu? Bagaimana kita menghadapi
tantangan itu?
Selanjutnya
Mgr. Uskup berkata, Kita belajar dari pengalaman Maria itu merupakan resep dari
Maria. Maria merasa tidak berdaya dan merasa kecil dan merasa sebagai seorang
kampung. “Saya ini hamba Tuhan terjadilah
menurut perkatan-Mu itu”. Artinya Maria berpasrah. Tidak mengikuti keinginannya.
Seluruh kehidupannya Maria, saya hanya melaksanakan kehendak Tuhan dalam diri
saya. Apa pun orang bicara, apa atau lainnya. Tapi saya harus melaksanakan
seluruhnya menurut kehendak Allah. Itulah rahasia Maria dan menjadi resep bagi
kita. Jadi Maria mengikuti kehendak Allah dalam berbagai tantangan dan
kesulitan.
Dalam
keluarga dan hidup masyarakat pun, sering terjadi sama seperti Maria yang penuh
dengan berbagai kecemasan dan tantangan. Namun kita buat Tuhan punya mau dalam
keluarga, anak-anak saya, suami saya, lingkungan kita. Kita tidak buat apa maunya
suami atau istri atau anak-anak. Apa pun yang terjadi kita buat sesuai Tuhan
punya mau dalam keluarga, suami, istri, anak-anak saya. Itulah resep yang
paling baik dan sebagai orang beriman, Maria kasih resep, kamu jalani maunya
Tuhan dalam kehidupan ini agar Tuhanlah yang membimbing setiap kita.
Sebagai
hidup membiara, Uskup, Pastor, Suster: Kita juga pakai resep Maria ini. Suster
Olidia, TMM dan Suster Vera, TMM bisa buat karena menjalankan Tuhan punya
rencana dalam pelayanan karya pastoral. Kalau suster dorang punya mau, pastilah
pusing kepala. Apalagi kalau menjadikan masalah keluarga menjadi masalah
suster. Pastilah berbagai keinginan dalam hidup dirinya. Tetapi karena
pikirannya hanya mau menjalankan Tuhan punya mau dan rencana dalam berbagai
tugas, pastilah akan mengalami suasana damai. Itulah yang menjalankan dengan
setia dan taat pada kehendak Allah sehingga pada hari ini, kedua suster
merayakan hidup membiara 25 tahun. Kita merasa bersyukur karena suster dengan
setia dan taat menjalankan tugas perutusan dalam karya pastoral di
kampung-kampung sampai di pedalaman Waghete dan Agumuga di Keuskupan Timika.
Mereka
berdua merasa senang dan bahagia walaupun Suster Odilia bertugas dipedalaman
Waghete (dingin, hujan, jalan kaki) tanpa adanya kendaraan alias jalan kaki.
Sementara Suster Veranika tugas di Pedalaman Agimuga tanpa lampu dan tanpa
signal tetapi menjalankan tugas dengan setia dan senang memberikan obat, lap
ingus-ingusan dari anak-anak di Agimuga. Untuk apa tugas di pedalaman seperti
ini? Untuk apa pergi makan nota dan keladi, tidak ada listrik, tidak ada
signal. Tetapi suster berdua sebagai alat untuk menjalankan maunya Tuhan
sehingga mereka dengan setia dan taat menjalankan tugas pelayanan bagi umat di
pedalaman Papua. Itulah resepnya.
Dalam
homilinya, Mgr. Uskup mengingatkan pada kita bahwa Dunia sekarang banyak orang
tidak suka. Dunia sekarang orang lebih suka bagaimana saya menjalankan sukanya.
Dunia sekarang orang lebih tidak suka bagaimana menjalankan Tuhan punya mau.
Maka itu, kita lihat di mana-mana ada masalah. Kalau tidak jadi kehendaknya,
maka dia mulai marah, ribut di mana-mana. Kalau mama punya kehendak tidak jadi,
maka mama hilang. Suami punya mau tidak jadi, dia keluar terus dan lupa pulang ke
rumah. Demikian juga anak-anak. Banyak orang buat anak banyak-banyak. Apakah
anda buat anak yang setia pada pilihannya atau kehendak orang tuanya? Buat anak
gampang. Anak-anak banyak tetapi miskin. Tetapi kamu harus bertanggungjawab
atas anak-anak dengan kesetiaan dan menjalankan maunya Tuhan kepada suamimu,
istrimu, dan anak-anakmu. Karena kini banyak orang tidak setia sebagai guru,
pegawai di kantor, dan di tempat kerja lainnya. Misalnya, di kampung Oel di Key,
tidak ada pastor. Saya dari kampung Oel tapi saya Uskup. Jadi tidak ada Pastor.
Kalau di kampung lain itu, ada banyak pastor. Kalau suster (suster Olidia, TMM)
dari kampung Oel cuman 8 orang termasuk Suster Odilia. Kalau di kampung lain
itu, sampai 20 atau 30 suster. Karena itu, pendidikan dalam keluarga itu
penting. Artinya bahwa Pendidikan keluarga, pendidikan hidup, dan pendidikan
iman itu sangat penting. Setiap keluarga mesti bertanggungjawab atas kehidupan
keluarga.
Lanjutan
dalam homilinya Mgr mendesak supaya semua orang tua kasih sekolahkan anak-anakmu.
Siapa pun orang tua yang tidak sekolahkan anak, dosa besar tapi tidak masuk
Surga. Kalau saya yang atur pasti orang tua itu, tidak masuk surga tetapi Tuhan
Allah yang mangatur ini. Lebih baik kamu tidak boleh buat anak kalau anak itu
tidak tahu baca, tulis, dan hitung. Itu berarti bahwa seumur hidup anak mu
menderita. Orang lain baca korang, dia nonton koran, orang lain baca buku, dia
nonton buku, dia buka gambar saja. Ada penerimaan pegawai dan pergi lamar pakai
ijazah, dia tidak ada ijazah. Salah siapa? Salah orang tua, itu dosa besar dan
lebih baik kamu tidak boleh buat anak. Kamu lahirkan anak tetapi tidak tahu
baca, tulis, hitung, dan bicara pakai otak bagaimana pun tidak mengerti. Karena
tidak bisa, sehingga dia menjadi tukang bangunan saja setiap tahun ini. Jadi
kalau ada anak, kamu harus tanggung jawab dan sekolahkan sampai dia harus
mengetahui 3 M (Membaca, Menulis, dan Menghitung) dan sekolahkan sampai
mendapatkan ijazah SMA atau sarjana.
Pendidikan
keluarga mesti mendasarkan pada pendidikan iman seperti Bunda Maria. Karena
dunia sekarang, kalau tidak kuat iman, pastilah anak itu gagal dan membuat
orang tua atau keluarga menyusahkan keluarganya atau orang tua. Banyak orang tua
yang sakit karena anak. Banyak orang tua mati karena anak-anaknya. Karena itu,
ajarkan anak-anak mu agar mengetahui tanda kemenangan Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Contoh yang baik adalah peran bapa dan mama itu sangat penting. Bertanya
anak kepada orang tuanya: kenapa anak tidak pergi hari minggu, ah bapak atau
Mama saja tidak pergi sembahyang moo........
Dunia
sekarang banyak anak-anak mencari kriminal, ada banyak pembunuhan, anak menjadi
perakus minum mabuk. Ada banyak anak yang menjadi perampok, gelandangan,
pencuri, dan tukang jalan-jalan. Itu semua terjadi karena orang tua tidak
memberikan bekal iman akan Allah. Kamu tidak boleh bangga karena saudaramu atau
kaka atau om atau tanta menjadi Pastor atau Suster atau Uskup sehingga senang
dan bangga. Tetapi kamu harus berpikir bahwa kamu harus bangga karena mereka, maka
kita harus hidup baik dan bahagia. Kita harus kuat dalam iman dan mampu
menghadapi berbagai persoalan di tengah dunia. Jadi anak-anak harus sekolah.
Orang tua harus bertanggungjawab dalam pendidikan keluarga, pendidikan hidup,
dan pendidikan iman dalam keluarga. Agar anak-anakmu mampu menghadapi berbagai
persoalan yang mengoncangkan iman di tengah dunia ini. (Santon Tekege)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar