TANPA KENAL LELAH DAN DINGIN MEREKA TETAP MELAYANI UMAT ALLAH DI SANA
Saya berjumpa dengan
para suster yang berkarya di Bilogai. Mereka itu adalah Sr Cresensia, PRR; Sr
Hermania PRR; dan Sr Designata, PRR. Mereka mensharingkan banyak hal yang
dialaminya selama mereka berkarya di sana. Untuk sampai pada daerah Bilogai,
orang mesti jalan mengudara melalui pesawat udara. Pesawat udara adalah sarana
jalan satu-satunya yang digunakan oleh orang Bilogai termasuk para
suster-suster ini. Para suster ini tidak pernah takut jalan terbang melalui
pesawat. Pesawat yang masyarakat gunakan adalah pesawat AMA atau pun pesawat
Trigana atau aviastar. Apakah para suster senang jalan terbang melalui pesawat?
Jawabannya singkat: Jalan melalui pesawat sangat menyenangkan dan melihat
segala pemandangan alam Papua secara langsung.
Mereka menyampaikan
berbagai pengalaman dibalik gunung Bilogai. Siapa takut demi Injil dan Kerajaan
Allah? Mereka berkata bahwa kami berkarya demi Injil Tuhan dan Kerajaan Allah. Hanya
itulah motivasi dan harapannya sehingga kami tetap untuk memperlihatkan cinta
kasihnya melalui karya-karya kerasulannya. Mereka menyadari bahwa mereka bukan
lagi di pusat biaranya. Mereka juga menyadari bahwa mereka bukan lagi
memperlihatkan kekhasan mereka dari kampungnya masing-masing. Tetapi para
suster ini sadar bahwa mereka telah menjadi orang Migani dan Ndani. Karena
itulah mereka sedang dan akan melanjutkan karya-karyanya (karya pendidikan,
karya koperasi, karya kesehatan melalui klinik, pembinaan anak-anak melalui
asrama, dan karya pastoral pewartaan demi orang-orang yang ada di dekenat
Moni-Puncak Keuskupan Timika-Papua.
Karya-karya yang dapat
dikembangkan oleh para suster difokuskan pada beberapa hal teristimewa karya
pendidikan usia dini mulai dari TK sampai SD di Bilogai. Para suster ini juga
memiliki asrama. Mereka sedang membina para anak didik dari beberapa kampung.
Anak didik mereka saat ini berjumlah 14 anak di Asrama. Para suster mengajari
mereka. Memberikan teladan dan sopan santun yang baik agar anak didiknya
bersikap dan berperilaku yang baik ketika anak didiknya menjadi dewasa. Para suster
menyadari bahwa pendidikan di Indonesia atau khususnya di tanah Papua semakin
hari semakin kacau. Buta huruf semakin banyak dan orang tidak mau lagi belajar
lebih karena orang maunya ikut keramaian saja. Karena itu, para suster
membangun asrama tanpa didukung oleh siapa pun. Mereka berkehendak kuat untuk
membangun pendidikan dasar mulai dari TK sampai SD melalui pola berasrama.
Tetapi para suster mengalami kesulitan mendapatkan dukungan dari siapa pun di dibalik gunung
Bilogai ini. Keprihatinan para suster ini tidak ditanggapi oleh pihak mana pun
sementara ini. Mereka mencari makan dan minum sendiri demi anak-anak didik mereka
di asrama. Mereka mulai bangun asrama tanpa keprihatinan orang lain. Padahal
kehadiran para suster untuk menjawab kebutuhan bagi anak-anak dari kota dibalik
gunung Bilogai ini.
Selain keprihatinan
pendidikan berpola asrama ini, mereka berkarya diberbagai tugas pastoral
dekenat Moni-Puncak. Mereka tanpa kenal lelah dan capek, mereka melayani umat
Migani dan Ndani demi cinta kasih dan persaudaraan sebagai umat Allah. Mereka
merasa bahwa cinta kasih dan persaudaraan mesti nyata dalam pelayanan dan keterlibatannya
pada orang-orang kecil dan tidak mampu. Di sini, mereka merasa senang karena
Tuhan Yesus sudah dalam anak-anak. Mereka merasa bahwa Tuhan Yesus ada dalam
orang-orang lemah dan miskin. Mereka merasa bahwa Tuhan Yesus yang selalu cinta
kepada manusia siapa pun tanpa melihat latarbelakangnya. Karena itu, dengan
senang hati mereka menyebarkan cinta kasih dan persaudaraan di tengah umat
dibalik gunung Bilogai.
Para suster ini, tidak
henti sampai disitu. Mereka mengembangkan karya pastoral ekonominya melalui
kios. Kios milik Dekenat Moni-Puncak ini, dikelola dan dikembangkan oleh para suster-suter ini.
Di kios itu, jual berbagai bahan kebutuhan dasar, misalnya beras, minyak
goreng, garam, dan lainnya adalah supermie, sardines, biskuait dan lainnya. Mereka
berkata bahwa kios itu sangat membantu dan memudahkan masyarakat di kota ini.
Dari berbagai kampung datang belanja bahan yang dibutuhkan oleh umat atau
masyarakat pada umumnya. Wah, umat sangat senang sekali belanja di kios itu.
Penarikan lainnya dari kios ini, adalah adanya berjualan berbagai alat rohani
yang membantu mengembangkan imannya kepada Allah melalui sarana rohani itu.
Selain itu, para suster itu, menjual majalah rohani dan kalender rohani yang
sangat baik. Mau dapatkan itu? Silahkan datang di kios dekenat di Bilogai.
Bertahan
karena Diutus
Ketika saya tanya:
Suster, apakah dingin dibalik gunung Bilogai ini? Katanya, iya saya sangat
dingin. Tetapi kami suster di sini “bertahan karena diutus”. Ketika dalam cerita-cerita
kami sore ini bahwa para suster ini, diutus oleh Yesus sendiri untuk pelayanan
demi Injil dan Kerajaan Allah bagi semua umat di sini. Karena itu, kami harus
mendengarkan Dia yang mengutus kami sampai bisa berada dibalik gunung ini. Para
suster ini, sungguh menghayati betul “Dengarkanlah Dia” (Mat 17:5). Allah Bapa
memberikan kesaksian tentang Putera-Nya, bahwa Dialah yang dikasihi-Nya, dialah
Sabda yang adalah Allah, Ia yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara
kita. Dialah kata-kata Allah yang terakhir untuk dunia. Allah meminta kepada
setiap kita agar kita saling mendengarkan satu sama lain. Kami mendengarkan apa
yang menjadi keluhan umat di sini yakni pola asrama dan berpihak kepada kaum
lemah dan miskin di daerah ini.
Dalam
sharing lanjutannya, para suster hendak melayani lebih. Ketika saya
mendengarkan komitmen itu, saya merasa bangga sekali. Para suster ini, bisa
menjadi agen pesawat AMA. Wah, sungguh luar biasa karya pelayanan mereka di
balik gunung ini. Dan mereka meminta agar semua pihak untuk membantu kami dalam
pengembangan asrama dan karya pastoral lainnya. Bagi para suster ini, kami siap
diutus untuk hanya demi cinta kasih bagi semua orang sehingga kami mampu
bertahan karena diutus oleh Yesus sendiri. Diutus oleh Yesus karena cinta
kasih, maka kami tetap berkomitmen untuk bertahan dalam dingin dan hiruk pikuk
demi banyak kaum lemah dan miskin dan demi anak-anak di Bilogai Kabupaten Intan
Jaya di Papua.
Akhirnya, para suster
ini siap bertahan dalam dingin dan hiruk pikuk segala hambatannya. Memang
banyak orang tidak suka datang di balik gunung ini. Namun dibalik gunung inilah
akan tumbuh dan mekar segala harapan kami. Untuk mewujudkan harapan ini, kami tetap
berdoa kepada Allah yang selalu mendengarkan doa-doa kami. Kami juga menyadari
bahwa Yesus yang berada dalam anak-anak dan kaum lemah dan miskin adalah Yesus
yang selalu mendengarkan doa-doanya, Yesus yang mengutus kami berada dibalik
gunung ini. Dibalik gunung ini, walaupun banyak tantangan dalam pelayanannya
tetapi kami tahu di sini begitu banyak susu dan madu ditengah dingin dan hiruk
pikuk. Dikatakan demikian karena Tuhan Yesus yang akan datang dan selalu datang
dalam hati setiap langkah hidupnya. Marilah kita bersiap-siap diri dengan jalan
pertobatan total dan berjaga-jaga menyambut datangnya Anak Allah, Putera-Nya
Sang Mesias untuk keselamatan bagi setiap kita. Salam selamat merayakan Natal
2014 dan selamat memasuki Tahun Baru 1 Januari 2015. Amakanieee!
Penulis: Santon Tekege
Tidak ada komentar:
Posting Komentar