KEBEBEBASAN SEBAGAI ‘KANAANNYA ‘
ORANG PAPUA
Oleh : Evas
Kramandondo (Keuskupan
Manokwari-Sorong)
Situasi Bangsa
Israel dalam Kitab Suci Perjanjian Lama
Dalam
Kitab Kejadian, tertulis bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi serta segala
isinya. Semua yang diciptakan Tuhan itu sempurna dan baik adanya menurut
penilaian Tuhan dan bukan menurut penilaian manusia. Dalam hal ini, Tuhan
menciptakan bumi dengan sangat sempurna. Daratan dan lautan, gunung dan lembah,
hutan dan sungai, danau, tumbuh-tumbuhan dan hewan, serta segala sesuatu itu
diciptakan dengan sangat sempurna. Tidak ada kekurangan apapun dalam proses
penciptaan serta hasil ciptaan itu sendiri. Dengan sabdanya yang dahsyat Ia
menciptakan semuanya itu termasuk kita manusia.
Manusia
sebagai yang diciptakan paling terakhir merupakan makhluk yang paling luhur di
antara semua ciptaan yang lain. Sebagai ciptaan yang luhur, manusia diberi
kepercayaan oleh Tuhan untuk menjaga, memelihara dan melestarikan ciptaan Allah
itu. Maka sebagai manusia, siapa saja wajib melaksanakan tugas utama manusia
itu semasa hidupnya. Tugas ini merupakan tugas paling pokok yang ditugaskan
oleh Tuhan kepada kita manusia sejak pertama kali manusia diciptakan. Manusia
wajib menjalankan tugas pemeliharaan itu, bukannya ciptaan Allah itu dirusak,
dieksploitasi dan dikeruk hingga menyebabkan kerusakan yang besar pada seluruh
aspek kehidupan yang telah diciptakan Allah dengan baik itu.
Bagi
bangsa Israel, seluruh semesta alam semata-mata adalah karya Allah sendiri.
Kepercayaan bangsa Israel ini tampak jelas pada puji-pujian yang dipersembahkan
bangsa Israel dalam kitab-kitab Mazmur dan Kidung Agung. Mereka merefleksikan
bahwa betapa luhur nilai tubuh manusia itu berdasarkan sejarah penciptaannya.
Mereka meyakini bahwa manusia adalah makhluk paling luhur yang diciptakan Allah
karena Allah menciptakan manusia seturut gambar dan rupa Allah sendiri.
“Baiklah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala
binatang melata yang merayap di bumi.” (Kej. 1:26)
Kutipan
teks Kitab Kejadian ini menunjukan bahwa harga diri manusia itu sangat tinggi
dan tidak boleh diinjak injak karena manusia adalah gambar Allah yang Maha Tinggi
itu sendiri.
Persepsi
Bangsa Israel bahwa manusia adalah makhluk yang mulia dan Bangsa Israel adalah
bangsa terpilih inilah yang membuat bangsa israel ingin keluar dari penindasan
oleh Bangsa Mesir semasa pembuangan di tanah Mesir. Masakan sebagai bangsa yang
dipilih, bangsa Israel harus ditindas oleh bangsa lain; masakan sebagai manusia
yang luhur harus diperlakukan layaknya binatang.
Bangsa
Israel benar-benar tertekan oleh situasi yang seperti ini. Ada suatu kerinduan
untuk membebaskan diri dari penindasan itu, namun tak ada keberanian untuk itu.
Padahal bangsa Israel adalah bangsa yang besar. Mereka memiliki kekuatan untuk
bisa bebas, namun mereka tidak memiliki keberaian untuk keluar dari penindasan
itu.
Hal
yang membuat mereka tidak berani adalah bahwa mereka tidak memiliki angkatan
perang yang mampu membela ketidakadilan yang terjadi dan tidak ada sosok
seorang pejuang yang bisa mengobarkan semangat mereka untuk membebaskan diri
dari penindasan itu. Hari-harian
ditindas pun menciptakan Trauma yang
cukup berat. Mereka menjadi takut untuk mencoba membebaskan diri dari
penindasan. Hal ini terjadi terus-menerus hingga bangsa Israel hanya terjerat
dalam ketertindasan.
Sebelum
penindasan, Yusuf sebagai leluhur Bangsa Israel yang ada di Mesir membantu
Firaun untuk memapankan pemerintahannya. Karena Yusuf seluruh tanah Mesir dapat
selamat dari bencana kelaparan. Yusuf diangkat menjadi penguasa atas seluruh
tanah Mesir. Namun kesuksesan ini hanya bertahan sebentar. Ketika Firaun yang baru
muncul maka bangsa Israel ditindas. Penindasan ini berlangsung hingga Allah
sendiri yang kemudian bertindak untuk bangsa Israel.
Kerinduan
bangsa Israel untuk bebas dari penindasan ini akhirnya terjawab dengan
kehadiran Musa. Musa muncul sebagai sosok pahlawan yang diutus Tuhan untuk
membebaskan bangsa Israel dari belenggu penindasan. Musa adalah orang Israel
yang besar dalam keluarga Firaun. Meski dibesarkan oleh keluarga Firaun, ia
tetap berpihak pada bangsanya. Ia sendiri dengan kuasa Tuhan berjuang menghadap
Firaun untuk meminta pembebasan Israel dan menulahi Bangsa Mesir hingga
akhirnya bangsa israel bisa bebas dan dituntunnyalah bangsa itu melewati padang
gurun hingga sampai pada tanah terjanji (Kanaan).
Dalam
perjalanan menuju tanah terjanji, bangsa Israel kerap kali berbuat dosa
sehingga bangsa Israel harus menerima hukuman yang ditimpakan Tuhan atas
mereka. Mereka harus menderita dan menanggung beban dosa yang telah diperbuat
mereka. Penderitaan ini dialami bangsa Israel selama kurang lebih 40 tahun
lamanya. Tuhan hanya mengijinkan anak-anak dari orang-orang Israel yang keluar
dari Mesir itu yang bisa menikmati kebebasan di Tanah Terjanji. Dan terjadilah demikian, bangsa Israel bebas namun
yang merasakan hal itu adalah anak cucu mereka yang lahir setelah Bangsa Israel
keluar dari Mesir.
Bagaimana dengan Situasi Bangsa Papua?
Situasi
orang Papua saat ini tidak jauh berbeda dengan situasi bangsa israel pada masa
Perjanjian Lama dalam kitab suci itu. Yang berbeda adalah, Apabila bangsa Israel mengalami penindasan di
negeri orang, bangsa Papua mengalami penindasan di atas tanahnya sendiri.
Bangsa
Papua dianugerahi sumber daya alam yang sangat kaya dan sangat melimpah. Papua
adalah tanah yang diberkati Tuhan atau dalam bahasa kerennya akrab disebut “The
Land of Paradisse”. Dalam perut bumi Papua terkandung mineral dan bahan
tambang yang melimpah. Di atas kulit bumi Papua, tumbuh berbagai jenis tumbuhan
yang indah dengan dihiasi sungai lembah, gunung, hutan dan danau yang
spektakuler. Keindahan alam tumbuh-tumbuhan itu dihiasi dengan hewan-hewan
indah yang hidup dan berkembang di dalam hutannya. Semua ini diperkaya dengan
manusia Papua yang terdiri dari berbagai macam suku dan bahsa namun disatukan
dengin ciri khas yang menjadi kekhasan manusia Papua yaitu hitam kulit dan
keriting rambut.
Di
atas tanah Papua yang kaya ini hidup dan berkembanglah manusia Papua. Namun
yang menjadi pertanyaan sekarang ini adalah “Apakah orang Papua menikmati
secara penuh haknya atas tanah yang kaya itu? Apakah manusia Papua sejahtera di
atas tanah yang kaya itu? Apakah kekayaan itu menjanjikan kesejahteraan bagi
anak cucu orang Papua di kemudian hari? Ataukah sebaliknya?”
Kekayaan
bangsa Papua itu menarik sejumlah orang atau kelompok dari bangsa lain untuk mengeruk,
mengeksploitasi dan merampas kekayaan itu dari tangan Orang Papua. Orang Papua
tidak diberi kebebasan sepenuhnya atas hak miliknya sendiri. Orang lain
mengeruk kekayaan tanah Papua dan orang Papua hanya menjadi penonton. Hanya
segelintir orang Papua yang bekerja sama dengan para pencuri itu yang mendapat
imbalannya.
Kenyataan
ini sama seperti halnya orang Israel ketika ditindas. Orang Papua menjadi
sangat terpuruk. Dan banyak dari orang Papua sendiri yang menyebabkan
keterpurukan bangsanya.
Bukan
hanya alamnya yang dikeruk, tetapi juga orang-orang Papua sendiri ditindas.
Pembunuhan dan penganiyaan orang Papua terjadi di sepanjang garis-garis tanah
Papua. Darah penindasan orang Papua terus membanjiri Ibu Pertiwinya.
Papua
sebenarnya telah merdeka/ “bebas” sebagai negeri yang berdiri sendiri sejak
kurang lebih 50 tahun lalu, namun kebebasan itu tidak sepenuhnya ada di tangan
bangsa Papua. Dalam perjalanan selama kurun waktu ini, sama halnya seperti
perjalanan bangsa Israel di padang gurun. Orang Papua harus berjuang mengalami
penderitaan selama ini untuk menuju kebebasan penuh sebagai Kanaan-nya Orang
Papua. Orang Israel bebas dari penindasan orang Mesir dan harus berjalan
melewati banyak rintangan untuk menuju Kanaan. Orang Papua telah merdeka, namun
belum memperoleh hak penuh atas kebebasan itu. Kekayaan Negeri Papua dikeruk
habis-habisan. Penindasan terhadap bangsa Papua terjadi dengan sangat kejam
tanpa ada pembelaan yang adil.
Persis
seperti orang Israel, orang Papua memiliki kerinduan untuk bebas dari keadaan tidak
bebas itu. Tapi mereka tidak punya keberanian untuk bertindak secara
terang-terangan karena takut ditindas. Trauma yang mendalam akibat penindasan
telah membunuh karakter orang Papua sebagai manusia sejati. Keberanian tidak
ada lagi.
Orang
Papua membutuhkan sosok seorang seperti Musa yang mampu menghantar mereka
keluar dari keadaan ketertindasan ini. Ada banyak sosok-sosok Musa yang telah
lahir namun ‘Musa-Musa’ itu tidak mampu menghantar bangsa Papua keluar dari
penindasan dan ketidakbebasan ini. Lalu kapankah Musa yang sebenarnya itu
muncul? Sebuah pertanyaan reflektif bagi kita.
Istilah
ANIMHA (manusia sejati) dalam bahasa Marind dan MIGANI dalam bahasa Moni hanya
tinggal kenangan. Manusia dengan martabat yang tinggi itu kini dinodai dengan
cap-cap bahwa manusia Papua adalah orang yang bodoh, miskin dan kolot. Hal
semacam ini yang kemudian membunuh karakter orang Papua untuk berkembang.
Orang
Papua adalah bangsa yang istimewa. Dalam kekayaan adat istiadat dalam suku-suku
di Papua, terkandung nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para leluhur.
Warisan itu masih terbawa hingga sekarang. Manusia Papua adalah manusia yang
cerdas. Sudah terbukti bahwa George Saa (dari suku meybrat) mampu memenangkan
olimpiade sains tingkat nasional dan internasional. Banyak anak-anak Papua yang
berhasil studi di luar negeri. Dalam hal ini orang Papua jangan dipandang
sebelah mata. Orang Papua bisa menjadi bangsa yang ditakuti dunia, namun
penindasan yang terjadi di Papua menjadi penghambat perkembangan orang Papua.
Kesimpulan
Setelah
melihat kenyataan di atas jelas bahwa bangsa Papua sekarang sedang dalam
peziarahan menuju kebebasan sejati (kanaan). Banyak penindasan dan kekerasan
yang dialami bangsa Papua. Alam mereka dikeruk dan orang Papua sendiri ditindas
dan ditipu agar tidak berkembang. Karakter orang Papua dibunuh dengan cap-cap
negatif yang di tempelkan pada orang Papua. Oleh karena itu Papua merindukan
sosok seorang Musa yang mampu menghantar bangsa Papua menuju kemerdekaan
sejati. Merdeka atas apa yang menjadi hak miliknya dan juga merdeka untuk
mengekspresikan dan mengembangkan diri. Hak-hak asasi Bangsa Papua harus
dikembalikan.
Banyak
manusia Papua yang dibesarkan oleh pihak yang menindas Papua namun tak dapat
bangkit memihak dan memperjuangkan hak bangsa Papua sendiri. Maka setiap putra
dan putri Papua hendaknya memiliki pendirian seperti Musa. Dibesarkan oleh penindas
tapi berpihak pada bangsanya sendiri.
Orang
Papua telah memiliki modal yang kuat. Kekayaan budaya mengandung banyak
nilai-nilai yang bisa dipelajari sebagai strategi untuk menang atas penindasan.
Orang Papua memiliki bakat yang variatif dan sangat baik. Manusia hitam kulit
keriting rambut jangan diremehkan, mereka perlu diperhitungkan juga
*** Terima Kasih ***.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar