MENGEMBALIKAN
RAHIM ASLI “PAPUA”
Kehidupan merupakan indetitas keberadaan
seseorang yang telah ada sejak dilahirkan. Kehidupan menjadi
dasar hubungan seseorang dengan sang
pencipta, Yesus Kristus. Identitas keberadaan seseorang adalah pewahyuan dari Allah sendiri. Allah mewahyukan manusia agar manusia
mampu menemukan apa yang menjadi keluhuran hidupnya. Hak hidup, hak untuk berbuat “sesuatu yang baik dan benar”, hak
untuk berpendapat, hak untuk bebas merdeka dari suatu keterikatan atau suatu kekuasaan merupakan keluhuran Allah yang
diberikan kepada setiap pribadi manusia atau dan kelompok manusia.
mengenal prinsip moral:, keluhuran
martebat manusia, HAM, kesejahteraan bersama, solidaritas,subsidiaritas,
kepberpihakan kepada kaum miskin dan lain- lain. Semua prinsip- prinsip
tersebut ini merupakan satu- kesatuan yang tak terpisahkan dalam kehidupan
manusia. Keluhuran martabat manusia, Ham, Kesejahteraan bersama, Solidaritas,
Subsolidaritas dan keperpihakan terhadap kaum miskin adalah wahyu Allah yang
tercurah kerena sebagai mahkluk yang paling sempuran.
Kitab Suci Perjanjian Lama
menceritakan kisah perjalanan bangsa
Israel sangat mendetail. Terutama dan
utama tentang penjajahan yang begitu
brutal terhadap bangsa Israel. Bagaimana
umat Israel diperbudakan, ditindas
dan disiksa secara lansung oleh pemerintahan Mesir yang pada saat itu dijabat
oleh Firaun. Berbagai hal kekerasan yang dilakukan Firaun terhadap umat Israel merupakan
kejahatan yang tidak bias dibenarkan. Kerja rodi ( kerja paksa) dan pembunuhan terus berjalan tanpa ada
kebebasan yang diberikan, dirasakan oleh umat Israel. Kerja paksa dan
tindakan pembunuhan tak pernah berhenti. Demi kepentingan raja dan bangsa Mesir
Umat Israel dijadikan sebagai burunan
budak.
Dalam
kitab Kej 1:11 menunjukan mekanisme kekerasan seperti Bangsa Israel dipaksa
membangun bagi Firaun kota berbekalan,
selain itu dibangun juga sebuh patung besar berwajah dan berbadan Firaun.
Dengan tindakan kejam Bangsa Mesir menyuruh dan memaksa Umat Israel bekerja.
Selanjutnya dalam ayat 14, dipaparkan demikian “dengan kejam orang mesir
memaksa orang Israel Bekerja dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang
berat yaitu mengerjakan Tanah liat dan batu bata. Perbagai pekerjaan dipandang,
diperhatikan tidak ada kelonggaran yang dengan paksaan orang Mesir kepada
mereka untuk tetap bekerja keras”.
Walaupun
dijajah dan dianiayai Raja Mesir, Umat Israel teru berkembang, keturunan bangsa
Israel semakin bertambah pesat bahkan melebihi bangsa Mesir. Sehingga Firaun
menyuruh bidan- bidan membunuh anak laki- laki yang dilahirkan dari perempuan
Israel. Tetapi Allah Israel selalu menyelamatkan bayi yang dikandung dan umat israel semakin
bertambah hingga melebihi orang Mesir. Akhirnya tampil seorang tokoh, seorang
Nabi yang kemudian membawa Umat Israel keluar dari tanah dan perbudakan Mesir.
Musa adalah orang dipercayakan oleh Allah untuk menyelamatkan UmatNya. Allah
sendri mengutus dan memberi Rahmat kepada Musa sebagai prantaraNya untuk
menyelamatkan bangsanya keluar dari
tanah Mesir dan pergi ke tanah terjanji, Tanah Kanan seperti yang dikatakan
dalam kitab kejadian Bab12.
Kisah
perjalanan umat Israel jika kita dapat mengaitkannya dengan perjalanan hidup
bangsa Papua ada benang merah yang terhubung. Bangsa Papua memiliki nasib hidup
yang hampir sama dengan perjalanan hidup
bangsa Israel. Masyarakat Papua mendapat perlakuan yang kejam, bangsa
Papua hidup dan makan dalam kekerasan dan dalam pembunuhan. Bangsa Papua
dijajah dengan tangan besi penyiksaan dan pembunuhan tidak terlepas dari
kehidupannya. Berbagai Negara dengan berbagai
bentuk sistem penjajahannya dapat diterapakan
secara paksa terhadap keberadaan masyarakat. Inggris, Belanda, Jepang
dan Idoonesia adalah negara- negara yang dengan
mementingkan wewenangnya dan kekuasaannya yang semena menguasai dan menjajah Bangsa
Papau secara brutal dan tidak secara manusiawi.
Penjajahan
semakin kentara dan berlanjut setelah melalui PPRA yang penuh manupulasi atau penipuan
yang berkepanjangan sehingga bangsa Papua bergabung dengan Indonesia, (NKRI).
Setelah bergabungnya Bangsa suci ini dengan NKRI terjadi berbagai penjajahan di
belahan bumi Papua. Masyarakat disiksa dan dibunuh seturut, semau kekuasannya.
Pembunuhan terjadi di mana- mana tanpa memandang akar permasalahan tanpa
mempertimbangkan hak hidup masyarakat.
Penjajahan
dan pembunuhan yang tidak bermanusiawi sangat terlihat mata ketika pada masa
kepemimpinan Soerharto sebagai Presiden dan masa kemiliteran yang dipimpin oleh
Prabowo selaku Jendral Angkatan Darat. Pada
masa orde lama masa presidensial Soeharno ini diperintahkan pembasmian
“pembunuhan” terhadap masyarakat Papua yang bertidak tidak seturut keinginan
pemerintah negaranya. Pembunuhan semaikin memanas di pelosok tanah Papua yang
dilakukan sendiri oleh negara Indonesia. Masyarakat terjepit dalam tindakan
kekerasan, kekuasaan dan pembunuhan, tidak ada kebebasan dalam kehidupannya tak
ada ruang gerak yang bebas.
Prinsip
moral mengenai perkara- perkara social kemasyarakatan, prinsip moral menuntun
refleksi dan tindakanku sebagai seorang calon imam. Keluhuran martabat manusia adalah serupa dan
secitra dengan Allah.
Perlakuan
itu terus berjalan tanpa berhenti, sistem penjajahan tidak juga berhenti.
Sampai sekarang ini juga sistem
penjajahan masih berjalan dan terus merajarela di bumi Papua ini. Memang dalam
kenyataannya tidak terasa tetapi jika kita mengamati sedalam- dalamnya maka
terlihat ada cara lain yang diguanakan oleh negara ”cara lembut”. Kenyataan
inilah yang akhirnya mengubah wajah keagungan menjadi hitam dan rusak
berantakan. Penjajahan yang dilakukan sangatlah lembut melalui berbagai bidang: sosial, ekonomi,
politik dan agama.
Ada
banyak kasus yang membuktikan kekejaman,
kerusakan atas hak dasar masyarakat asli Papua. Kasus dalam bidang sosial,
ekonomi dan agama,politik dan kasus yang sangat terpengaruh dalam kehidupan
masyarakat Papua adalah dalam bidang sosial, ekoonomi dan politik. Oleh karena
itu, lebih jelasnya dipaparkan sebagian kasus yang terjadi dan dialami secara
lansung oleh masyarakat Papua.
Sejak
awal abad ke- 20 ketika industrialisai
berkembang dan merambah Papua, modernisasipun hadir. Berdasarkan data Pusat
Informasi Palmerah Selatan, Jakarta 30-10-2013 menggugas tentang keadilan yang
semakin jauh dari Asa. Bahwa Industrialisasi telah mengubah wajah Papua, dalam
waktu kurang lebih100 tahun, dunia suku- suku asli di Papua berubah deratis.
Sistem barter diganti dengan sistem pasar. Seperti yang terjadi di kota sorong,
kota sorong gemerlap dan dikenal sebagai kota Migas.
Seperti
yang terlihat di Kampung Kelamono, Klawana dan Maladuk di Distrik Klamono,
rumah warga adat suku Moi Klabra terlihat sangat memprihatinkan. Emas Hitam
yang puluhan tahun diolah “eksplorasi”
dari tanah nenek moyang mereka ternyata belum mampu mensejahterakan
kehidupan masyarakat. Perumahan masyarakat masih berupa gubuk panggung beratap
nipah. Sebaliknya rumah warga pendatang justru lebih baik kondisinya.
Perusahan PT Pertamina Field Papua yang
beroperasi dan mengolah/ mengambil hasil Migas terus
dipertanyakan dikemanakan hasil ulayat yang besar hasilnya bagi masyarakat setempat, dalam realisasinya belum
berjalan sesuai dengan kesepakatan Perusahan dan masyarakat. Terkait tuntutan
masyarakat adat di Distrik Klamono ini, pihak Perusahan tuturnya “selalama
Perusahan beroperasi hasilnya tersalur melalui bantuan dalam bentuk
pertanggungjawaban sosial kepada warga adat setempat. Seperti beasiswa, bedah
rumah dan pengerasan jalan”.
Tetapi
dalam bentuk nyatanya tidak tersentuh tepat pada masyarakat hasilnya. Bahkan
jika kita membandingkan dengan input perusahan dan juga mendapatan atau
keuntungan yang besar diperoleh oleh
pihak perisahan sendiri ketimbang masyarakat. Jadi dalam kondisi ini
masyarakat diibaratkan seperti seorang
anak kecil yang disuap atau diberikan sesuatu supaya tidak mengomel
dan menangis.
Hal
serupa dialami juga oleh warga Amungme dan Kamoro di Timika. Selain melakukan
eksplorasi tambang emas dan kerusakan linkungan serta kehidupan sosial yang
merupakan dampak hadirnya eksplorasi
tambang tersebut, wargapun belum tersinggut atau keluar dari kemiskinan. Bahkan
mereka semakin terdesak ke pinggiran.
Begitu pula situasi yang terjadi di Merauke, tepatnya di
Kampung Zaanegi yang terjadi eksplorasi hasil hutan (kayu, rotan).
Kemiskinan
yang terjadi pada masyarakat Zanegi merupakan
masalah structural yang dilakukan oleh perusahaan Medko, Indonesia dan merupakan sumber modal dari dua
Negara yakni Cina dan Korea. Disini ditemukan berbagai kesusahan yang diterima
dari hasil kehidupannya
setelah masuknya perusahan Medko. Masyarakat mulai menerima berbagai imbas
secara lansung. Kesusahan atau masalah yang dialami oleh
masyarakat setempat bukan lagi masalah biasa tetapi sudah menjadi masalah
serius.
Dari
tayangan
Tv dilihat berbagai lahan ditebang, hutan digusur. Kesepakatan yang dibuat dengan baik dilanggar, seperti
kesepakatan mengenai tanamam sagu bahwa akan dilindungi dan
dihindari penebangan dan penggusuran. Selain itu ada kesepakatan bahwa akan diambil
beberapa anak muda setempat yang
mempunyai skill yang bisa diperhitungkan untuk kemudian bekerja sebagai
karyawan tetap dalam perusahaan.
Tetapi
apa yang terjadi, malah sebaliknya penebangan hutan sudah
semakin liar tumbuhan sagu yang sudah
menjadi kesepakatan bersama untuk dilindungi semakin dirusak, ditebang dan tidak dibayar. Kesepakatan akan diambil beberapa keryawan
sebagai pekerja perusahan. Akan tetapi
itu hanya berlaku hanya
satu tahun setelah itu, perusahaan mendatangkan karyawan luar lebih
banyak sehingga semakin lama karyawan local terabaikan dan akhirnya dikeluarkan dan mengelurkan diri. Kesepekatan yang berlaku juga bahwa perusahaan akan membayar uang
tanah atau uang pribumi sebesar luas lahan yang mau dikelolah. Faktanya
pembayaran sangat rendah dari luas tanah.
Dipanggil
untuk ikut menciptakan memperindah dunia.
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat berdiri sendiri, tidak dapat memenuhi
kebutuhannya sendri. Makhluk yang sangat membutuhkan orang lain atau sesamanya
sebagai komplementer hidupnya, atau sering disebut manusia sebagai Coon politicon (manusia sosial). Karena diciptakan oleh Allah yang teriniter,
manusia dipanggil untuk menjadi serupa dengan Allah. Kesejahteraan bersama:
pada prinsipnya,
Gereja percaya bahwa barang- barang duniawi
pada awalnya dimaksudkan badi semua, hak milik pribadi juga sah dan perlu namun
tidak menghapus prinsip utama itu. Dengan kata lain hak milik pribadi merupakan
turunan dari kepemilikan bersama. Solidaritas
adalah keutamaan yang berasal dari hakikat social manusia sebagai makhluk yang
secara radikal saling tergantung satu- sama lain, dari paham kesejahteraan
bersama. Disini ada
keterikatan untuk saling membantu dan menolong serta saling mendukung.
Subsidaritas merupakan Prinsip yang bertentangan dengan prinsip solidaritas,
sehingga perlu dipelajari sebagai bahan
pertimbangan.
Masalah- masalah seperti ini, menjadi perhatian umum . terlebih sebagai seorang
imam. Sebagai seorang imam ia harus mampu memberikan suara keadilan terhadap
masalah yang sedang hangat. Sebagai seorang imam ia mampu menyuarakan suara kesejahteraaan terhadap masalah yang menjadi
pokok perhatian masyarakat. Sehingga masyarakat benar- benar merasakan dan
menikmati kesejateraan dan keadilan. Karena kemiskinan merupakan virus terbesar atau dosa terbesar dalam kehidupan manusia. Suara
rakyat adalah suara Tuhan untuk itu apapun bentuknya penghargaan terhadap Hak
Asasi Manusia menjadi hukum
utama.
Beginilah situasi yang dialami masyarakat Papua saat ini.
Sistem modalisme, industrialisme, dan modernisme, terus merajalela menjelajah dan
menjajah masyarakat Papua hingga pada kesempatan tertentu terjadi kemiskinan
yang akhirnya bermuara pada kematian. Sistem kekuasaan yng dilakukan oleh
Bangsa Indonesia akan terus berlanjut, jika tidak ada jiwa- jiwa muda yang lahir dari rahim Papua yang mau menyuarakan
suara rakyat “suara Tuhan”. Karena tindakan pemerintah Indonesia adalah penuh
dengan kekerasan dan penjajahan, penganiayaan dan pembunuhan akan bertambah
pesat di tanah Papau.