Bahan dasar untuk membuat cawat, untuk membuat selimut asli, untuk membuat pakaian asli, untuk membuat topi asli, dan untuk membuat tali koteka bahkan makanan dan minuman selalu bersumber dari hutan rimba Papua. Namun tanpa menyadari insdutri lokal yang ada di tanah Papua ini, Pemerintah Indonesia Papua Propinsi, Kota/Kabupaten dan para perusahan tambang maupun kelapa sawit menghancurkan semua tempat ini.
Semua tempat hutan dihancurkan tanpa mempertimbang kehidupan generasi masa depan. Mereka mengutamakan perut dan kenikmatan hari ini ketimbang utamakan anak-anak masa depan. Bahkan manusia yang mendiami pulau ini ditindas, dimarginalkan, ditangkap, dipenjarakan, dan dibunuh langsung maupun tersembunyi dari pulau ini. Untuk menyembunyikan semua kelakuan ini, aparat keamanan selalu mengunakan kata "DAMAI DAN KASIH". Padahal dibalik ungkapan ini menyembunyikan kedoknya. Target mereka adalah untuk menjajah dan penguasaan daerah ini untuk NKRI harga mati.
Namun orang Papua yang tidak mau menerima kenyataan kelakuan aparat keamanan dan dari kaki tangannya ini (Pemerintah Indonesia, dan para kapitalis "perusahan tambang, kelapa sawit, dan perusahan pangan"), sudah berakar nasionalisme kepapuaan PAPUA MERDEKA HARGA MATI. Kedua pendapat ini terdengar di mana-mana di seluruh nusantara ini.
Kini hadir konsep dialog untuk menghadirkan kedua pendapat dan kedua kelompok yang berbeda pikiran dan konsep agar dibicarakan bersama demi perdamaian di tanah Papua. Majukan dialog demi perdamaian ketimbang pertahankan konsepnya masing-masing lalu mengorbankan warganya yang tidak tahu apa-apa dari negeri ini.
By Romero Papua!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar