Atlas Sawit Papua: Dibawah Kendali Penguasa Modal adalah potret industri ini hingga akhir tahun 2014 dan untuk meningkatkan pemahaman tentang siapa aktor pemainnya dan dimana daerah daerah yang menjadi minat investor.
Potret daerah yang dicantumkan dalam atlas tersebut antara lain, Kabupaten Sorong, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Maibrat, Kabupaten Teluk Bintuni dan Teluk Wondama, Kabupaten Fakfak, Kabupaten Manokwari dan Tambrauw, Kabupaten Keerom, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Waropen, Kabupaten Nabire, Kabupaten Mimika, Kabupaten Asmat, Kabipaten Mappi, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Merauke, Kabupaten Boven Digoel.
Tujuan dibuatnya atlas ini untuk menyajikan gambaran tentang setiap perusahaan sawit yang memiliki ijin operasi di Tanah Papua (Papua-Papua Barat), dilengkapi dengan peta lokasi, informasi tentang pemilik perusahaan dan jenis perizinan yang dimiliki.
Jika sebuah perusahaan kelapa sawit ingin mengajukan permohonan izin, biasanya harus mendekati Bupati. Jika secara prinsip Bupati setuju, mereka akan mencari lahan yang cocok dan mengeluarkan izin lokasi. Kemudian perusahaan akan membutuhkan rekomendasi di tingkat provinsi.
Atlas Sawit Papua ini juga menyajikan informasi keberadaan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang telah menguasai lahan skala luas dan mengendalikan industri kelapa sawit di Tanah Papua. Nama lokal dan nama pro lingkungan dipakai perusahaan sebagai pencitraan. Seperti; hijau lestari, matoa lestari, agro lestari, sawit lestari, agung sejahtera, nabire baru, sarmi sejahtera dan sebagainya.
Tahun 2014 tercatat grub perusahaan bisnis sawit punya lebih dari satu anak perusahaan di Tanah Papua (majalah forbes 2014), antara lain:
- Musim Mas Group milik Bachtiar Karim (2 Miliar USD), punya 6 perusahaan bernama lokal dengan luas lahan yang dikuasai sebesar 163.000 hektar.
- Raja Garuda Mas Group milik Sukanto Tanoto (2,11 miliar USD)
- Sinar Mas Group milik Eka Tjipta Widjaja (5,8 miliar USD)
- Salim Group milik Anthony Salim (5,9 miliar USD)
- Rajawali Group milik Peter Sondakh (2,3 miliar USD)
Perusahaan sawit besar yang juga punya usaha besar di Tanah Papua antara lain:
- Rajawali Group yang sedang mengusahakan perkebunan tebu di daerah merauke
- Austindo Nusantara Jaya Group milik George Tahija yang sedang mengembangkan industri pengolahan sagu di daerah Matemani, Sorong Selatan dan pengusaha listrik di Tembaga Pura Mimika.
- Perusahaan kayu lapis Indonesia Group yang memiliki bisnis pembalakan kayu dengan areal terluas di Tanah Papua.
- Medco Group yang aktif juga dalam bisnis hutan tanaman industri, pabrik kertas dan pertambangan daerah di Papua.
- Perusahaan Modal Asing (PMA) Korindo Group asal Korea Selatan yang sedang mengusahakan eks lahan pembalakan kayu untuk perkebunan kelapa sawit
- Selain Korindo Group, ada lagi perusahaan modal asing melakukan bisnis sawit di Tanah Papua, antara lain; Tadmax Group asal Malaisya dan Pacific Interlink asal Yemen beroperasi di Boven Digoel, The Lion Group asal Malaisya, Noble Group berkantor di Hongkong dan Carson Cumberbatch asal Sri Lanka yang mengelola perkebunan kelapa sawit di Nabire. Sedangkan perusahaan kelapa sawit milik negara hanya ada satu, yakni PTPN II Arso. Sebelumnya terdapat PTPN II Prafi, belakangan dikelola oleh perusahaan asal Cina, Yong Jing Investment.
Selain operasi perusahaan diatas, riset ini juga menemukan ada banyak perusahaan “misterius” yang mempelopori investasi dengan mendekati pemerintah daerah untuk mengurus izin perkebunan. Perusahaan-perusahaan ini biasanya beroperasi secara diam-diam dan menghindari ada informasi muncul dimuka umum. Mereka tidak punya situs web dan kantor mereka di Jakarta tanpa tanda indentifikasi apapun. Selengkapnya…
https://awasmifee.potager.org/uploads/2015/04/atlas-low-resolution-Final-id.pdf