Selasa, 24 Februari 2015

BERTAHAN MELAYANI DI BALIK GUNUNG BILOGAI PAPUA


TANPA KENAL LELAH DAN DINGIN MEREKA TETAP MELAYANI UMAT ALLAH DI SANA

                
     Karya Para Suster PRR
Saya berjumpa dengan para suster yang berkarya di Bilogai. Mereka itu adalah Sr Cresensia, PRR; Sr Hermania PRR; dan Sr Designata, PRR. Mereka mensharingkan banyak hal yang dialaminya selama mereka berkarya di sana. Untuk sampai pada daerah Bilogai, orang mesti jalan mengudara melalui pesawat udara. Pesawat udara adalah sarana jalan satu-satunya yang digunakan oleh orang Bilogai termasuk para suster-suster ini. Para suster ini tidak pernah takut jalan terbang melalui pesawat. Pesawat yang masyarakat gunakan adalah pesawat AMA atau pun pesawat Trigana atau aviastar. Apakah para suster senang jalan terbang melalui pesawat? Jawabannya singkat: Jalan melalui pesawat sangat menyenangkan dan melihat segala pemandangan alam Papua secara langsung.
Mereka menyampaikan berbagai pengalaman dibalik gunung Bilogai. Siapa takut demi Injil dan Kerajaan Allah? Mereka berkata bahwa kami berkarya demi Injil Tuhan dan Kerajaan Allah. Hanya itulah motivasi dan harapannya sehingga kami tetap untuk memperlihatkan cinta kasihnya melalui karya-karya kerasulannya. Mereka menyadari bahwa mereka bukan lagi di pusat biaranya. Mereka juga menyadari bahwa mereka bukan lagi memperlihatkan kekhasan mereka dari kampungnya masing-masing. Tetapi para suster ini sadar bahwa mereka telah menjadi orang Migani dan Ndani. Karena itulah mereka sedang dan akan melanjutkan karya-karyanya (karya pendidikan, karya koperasi, karya kesehatan melalui klinik, pembinaan anak-anak melalui asrama, dan karya pastoral pewartaan demi orang-orang yang ada di dekenat Moni-Puncak Keuskupan Timika-Papua.
Karya-karya yang dapat dikembangkan oleh para suster difokuskan pada beberapa hal teristimewa karya pendidikan usia dini mulai dari TK sampai SD di Bilogai. Para suster ini juga memiliki asrama. Mereka sedang membina para anak didik dari beberapa kampung. Anak didik mereka saat ini berjumlah 14 anak di Asrama. Para suster mengajari mereka. Memberikan teladan dan sopan santun yang baik agar anak didiknya bersikap dan berperilaku yang baik ketika anak didiknya menjadi dewasa. Para suster menyadari bahwa pendidikan di Indonesia atau khususnya di tanah Papua semakin hari semakin kacau. Buta huruf semakin banyak dan orang tidak mau lagi belajar lebih karena orang maunya ikut keramaian saja. Karena itu, para suster membangun asrama tanpa didukung oleh siapa pun. Mereka berkehendak kuat untuk membangun pendidikan dasar mulai dari TK sampai SD melalui pola berasrama. Tetapi para suster mengalami kesulitan mendapatkan dukungan dari siapa pun di dibalik gunung Bilogai ini. Keprihatinan para suster ini tidak ditanggapi oleh pihak mana pun sementara ini. Mereka mencari makan dan minum sendiri demi anak-anak didik mereka di asrama. Mereka mulai bangun asrama tanpa keprihatinan orang lain. Padahal kehadiran para suster untuk menjawab kebutuhan bagi anak-anak dari kota dibalik gunung Bilogai ini.
Selain keprihatinan pendidikan berpola asrama ini, mereka berkarya diberbagai tugas pastoral dekenat Moni-Puncak. Mereka tanpa kenal lelah dan capek, mereka melayani umat Migani dan Ndani demi cinta kasih dan persaudaraan sebagai umat Allah. Mereka merasa bahwa cinta kasih dan persaudaraan mesti nyata dalam pelayanan dan keterlibatannya pada orang-orang kecil dan tidak mampu. Di sini, mereka merasa senang karena Tuhan Yesus sudah dalam anak-anak. Mereka merasa bahwa Tuhan Yesus ada dalam orang-orang lemah dan miskin. Mereka merasa bahwa Tuhan Yesus yang selalu cinta kepada manusia siapa pun tanpa melihat latarbelakangnya. Karena itu, dengan senang hati mereka menyebarkan cinta kasih dan persaudaraan di tengah umat dibalik gunung Bilogai.
Para suster ini, tidak henti sampai disitu. Mereka mengembangkan karya pastoral ekonominya melalui kios. Kios milik Dekenat Moni-Puncak ini, dikelola  dan dikembangkan oleh para suster-suter ini. Di kios itu, jual berbagai bahan kebutuhan dasar, misalnya beras, minyak goreng, garam, dan lainnya adalah supermie, sardines, biskuait dan lainnya. Mereka berkata bahwa kios itu sangat membantu dan memudahkan masyarakat di kota ini. Dari berbagai kampung datang belanja bahan yang dibutuhkan oleh umat atau masyarakat pada umumnya. Wah, umat sangat senang sekali belanja di kios itu. Penarikan lainnya dari kios ini, adalah adanya berjualan berbagai alat rohani yang membantu mengembangkan imannya kepada Allah melalui sarana rohani itu. Selain itu, para suster itu, menjual majalah rohani dan kalender rohani yang sangat baik. Mau dapatkan itu? Silahkan datang di kios dekenat di Bilogai.

Bertahan karena Diutus
Ketika saya tanya: Suster, apakah dingin dibalik gunung Bilogai ini? Katanya, iya saya sangat dingin. Tetapi kami suster di sini “bertahan karena diutus”. Ketika dalam cerita-cerita kami sore ini bahwa para suster ini, diutus oleh Yesus sendiri untuk pelayanan demi Injil dan Kerajaan Allah bagi semua umat di sini. Karena itu, kami harus mendengarkan Dia yang mengutus kami sampai bisa berada dibalik gunung ini. Para suster ini, sungguh menghayati betul “Dengarkanlah Dia” (Mat 17:5). Allah Bapa memberikan kesaksian tentang Putera-Nya, bahwa Dialah yang dikasihi-Nya, dialah Sabda yang adalah Allah, Ia yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Dialah kata-kata Allah yang terakhir untuk dunia. Allah meminta kepada setiap kita agar kita saling mendengarkan satu sama lain. Kami mendengarkan apa yang menjadi keluhan umat di sini yakni pola asrama dan berpihak kepada kaum lemah dan miskin di daerah ini.
Dalam sharing lanjutannya, para suster hendak melayani lebih. Ketika saya mendengarkan komitmen itu, saya merasa bangga sekali. Para suster ini, bisa menjadi agen pesawat AMA. Wah, sungguh luar biasa karya pelayanan mereka di balik gunung ini. Dan mereka meminta agar semua pihak untuk membantu kami dalam pengembangan asrama dan karya pastoral lainnya. Bagi para suster ini, kami siap diutus untuk hanya demi cinta kasih bagi semua orang sehingga kami mampu bertahan karena diutus oleh Yesus sendiri. Diutus oleh Yesus karena cinta kasih, maka kami tetap berkomitmen untuk bertahan dalam dingin dan hiruk pikuk demi banyak kaum lemah dan miskin dan demi anak-anak di Bilogai Kabupaten Intan Jaya di Papua.
Akhirnya, para suster ini siap bertahan dalam dingin dan hiruk pikuk segala hambatannya. Memang banyak orang tidak suka datang di balik gunung ini. Namun dibalik gunung inilah akan tumbuh dan mekar segala harapan kami. Untuk mewujudkan harapan ini, kami tetap berdoa kepada Allah yang selalu mendengarkan doa-doa kami. Kami juga menyadari bahwa Yesus yang berada dalam anak-anak dan kaum lemah dan miskin adalah Yesus yang selalu mendengarkan doa-doanya, Yesus yang mengutus kami berada dibalik gunung ini. Dibalik gunung ini, walaupun banyak tantangan dalam pelayanannya tetapi kami tahu di sini begitu banyak susu dan madu ditengah dingin dan hiruk pikuk. Dikatakan demikian karena Tuhan Yesus yang akan datang dan selalu datang dalam hati setiap langkah hidupnya. Marilah kita bersiap-siap diri dengan jalan pertobatan total dan berjaga-jaga menyambut datangnya Anak Allah, Putera-Nya Sang Mesias untuk keselamatan bagi setiap kita. Salam selamat merayakan Natal 2014 dan selamat memasuki Tahun Baru 1 Januari 2015. Amakanieee! 

Penulis: Santon Tekege



PAUS FRANSISKUS: Aborsi, Euthanasia adalah Dosa


18/11/2014

Paus Fransiskus mengatakan kepada sekelompok dokter Katolik  bahwa bermain dengan kehidupan” manusia dengan cara-cara seperti aborsi dan euthanasia adalah dosa, seraya menekankan bahwa setiap kehidupan manusia, tidak peduli kondisi, adalah suci.
“Kita hidup dalam sebuah era eksperimen dengan kehidupan. Tapi, sebuah eksperimen yang buruk… (kita) bermain dengan kehidupan,” kata Paus dalam sebuah audiensi dengan 4.000 dokter Katolik yang berkumpul di Aula Paulus VI, Vatikan,  pada 15 November.
“Hati-hati, karena cara tersebut adalah dosa terhadap Sang Pencipta: Melawan Tuhan Pencipta”.
Dalam pidatonya kepada anggota Ikatan Dokter Katolik Italia untuk merayakan 70 tahun kelompok itu, Paus Fransiskus mengenang kembali ketika ia masih sebagai seorang imam mendengar orang berkeberatan dengan posisi Gereja tentang isu-isu kehidupan, khususnya sikap Gereja menentang aborsi.
Ia  mengatakan aborsi adalah masalah agama dan filsafat, serta juga “masalah ilmu pengatahuan, karena ada kehidupan seorang manusia dan tidak boleh mengambil kehidupan manusia untuk menyelesaikan masalah.”
Terlepas dari banyak keberatan ia telah mendengar ada yang mengatakan bahwa pemikiran modern telah berkembang terkait masalah ini, Paus menekankan, “Dalam pemikiran kuno dan dalam pemikiran modern, kata ‘membunuh’ berarti sama!”
“(Dan) hal yang sama berlaku untuk euthanasia,” jelasnya, seraya mengamati bahwa akibat hasil dari “budaya sampah,  euthanasia  tersembunyi dipraktekkan kepada lansia.”
Keyakinan bahwa aborsi sangat membantu wanita, euthanasia sebagai “tindakan bermartabat,” atau  “terobosan ilmiah untuk ‘menghasilkan anak (yang) dianggap legal dan bukannya diterima sebagai sebuah anugerah,” katanya.
Paus  mengatakan bahwa Injil memberikan gambaran yang jelas tentang kasih sayang seperti Orang Samaria yang Baik, yang melihat seorang  menderita, memiliki rasa belas kasihan, mendekati dan membantu dia.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini kemungkinan penyembuhan fisik telah meningkat secara drastis, kata Paus.
Beberapa aspek ilmu kedokteran “tampaknya mengurangi kemampuan untuk ‘mengurus’ orang tersebut, terutama ketika mereka sedang menderita, rapuh dan tak berdaya,” katanya, seraya menjelaskan bahwa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan kedokteran hanya dapat meningkatkan kehidupan manusia jika mereka mempertahankan dan berakar pada etika.
“Perhatian terhadap kehidupan manusia, khususnya bagi mereka yang menghadapi kesulitan besar, yaitu, orang sakit, lansia, anak-anak, sangat mempengaruhi misi Gereja,” kata Bapa Suci.
Sering kualitas hidup seseorang diukur dengan kecantikan fisik dan kesejahteraan. “Dalam terang iman, kehidupan manusia adalah suci,” katanya.
Paus Fransiskus mengatakan kepada kelompok tersebut bahwa misi para dokter Katolik adalah menegaskan kesucian dan tidak dapat mengganggu gugat kehidupan manusia, yang “harus dicintai, dibela dan dirawat.”
Ia mendorong mereka untuk bekerja sama dengan orang lain, termasuk orang-orang dari berbagai agama, dalam upaya mempromosikan martabat manusia sebagai kriteria dasar pekerjaan mereka, dan mengikuti pesan Injil untuk mencintai setiap saat, terutama yang membutuhkan.
“Misi Anda sebagai dokter menempatkan Anda dalam kontak sehari-hari dengan banyak bentuk penderitaan,” katanya, dan ia mendorong mereka untuk meniru orang Samaria yang baik hati dalam merawat lansia, orang sakit dan orang cacat.
Sumber: ucanews.com


Senin, 23 Februari 2015

MENGABDI DEMI ALLAH DAN MANUSIA KHUSUSNYA DI KEUSKUPAN TIMIKA PAPUA

MENGABDI DEMI ALLAH DAN MANUSIA DI KEUSKUPAN TIMIKA-PAPUA

Pada hari ini, 6 Februari 2015, Pastor Amandus Rahadat, Pr (Pastor Paroki Katedral Timika) dan Romo Budi, SJ (Pastor Paroki Wakeitei) memasuki umur 60 tahun. Pada hari itu, kami semua yang berada di Paroki Katedral kaget dengan perayaan Ulang Tahun ini. Kami dikagetkan karena adanya ungkapan dan yeel, yeel “Selamat Ulang Tahun Pastor”.
Saya bertanya kepada semua umat di Pastoran “Siapa yang merayakan Ulang Tahun hari ini? Jawabannya dengan halus “Pastor Amandus dan Budi” merayakan Ulang Tahun pada hari ini dengan suka cita dan meriah di Paroki Katedral. Sungguh luar biasa mendengar ungkapan bercanda ria dan kegembiraan satu sama lain. Dan menyapa “Pastor selamat ulang tahun”. Ketika bertanya Pastor Amandus: Semangat apa yang selalu berkobar dalam pelayanan bagi umat katedral dan seluruh umat di Keuskupan Timika? Jawabnya “Pelayanan untuk “Man for God” and “Man for others”.
Selanjutnya bahwa Pastor berkata bahwa semangat pelayanan kita adalah bukan untuk mencari kekayaan. Bukan pula mencari popularitas. Bukan juga supaya orang lain memberi jempol. Tetapi semangat pelayanan adalah pelayanan untuk Tuhan dan pelayanan untuk orang lain. Kami tidak punya apa-apa dalam hidupnya dan dalam pelayanannya. Karena itu, hidup kami dan panggilannya untuk Tuhan Allah.

Kita ditinggalkan dari segalanya dari keluarga, marga, suku, dan budayanya hanya untuk Allah dan umat yang kita layani. Dalam perayaan itu Pastor Amandus dan Budi dapat mengungkapkan rasa gembira dan bahagianya dan berkata “Saya dipanggil untuk pelayanan bagi Allah dan pelayanan bagi sesama manusia tanpa terkecuali”. Itulah semangat yang dapat mengobarkan cinta Tuhan di tengah umat di Keuskupan Timika Papua. 

Penulis: Santon Tekege!!

PERAYAAN SYUKUR 25 TAHUN HIDUP MEMBIARA SUSTER ODILIA, TMM DAN VERA, TMM DI KEUSKUPAN TIMIKA

PERAYAAN SYUKUR 25 TAHUN HIDUP MEMBIARA
(Suster Olidia, TMM, dan Suster Vera, TMM di Keuskupan Timika-Papua)


Suster Odilia, TMM dan Suster Vera, TMM merayakan syukur 25 tahun hidup membiara 8 Desember 1989 sampai 8 Desember 2014. Kedua suster ini, merayakan syukur hidup membiara di beberapa tempat. Kali ini kedua suster merayakan bersama keluarga Saklil di SP 2 dan dalam komunitas rumah Biara TMM pada 31 Januari 2015.
Perayaan syukur itu langsung dipimpin oleh Mgr Uskup Timika-Papua. Dalam Homili Mgr. Uskup: MARIA ENGKAU LAHIR seorang Anak Penyelamat, dan engkau sebut Mesias. Pasti sebagai seorang kampung, Maria bingun dan takut. Karena dia bilang mengapa seorang seperti Raja segala raja Yesus itu, saya yang lahir, kasih saja camat atau bupati atau Gubernur atau Presiden yang lahirkah? Maria takut dan cemas. Dan untuk itu, Maria mengumuli dan menceritakan dengan Elisabeth saudarinya. Mengapa ini harus terjadi pada saya? Karena Maria merasa bahwa bagaimana saya bisa jelaskan kepada orang lain bahwa anak-Ku adalah Putra Allah. Pengalaman dia menjadi pengalaman bersama kita. Kita juga punya masalah dan kecemasan dan takut, seperti Maria, Yusuf, dan Yesus. Pertanyaan paling penting adalah Bagaimana saya harus menghadapi kesulitan itu? Bagaimana kita menghadapi tantangan itu?
Selanjutnya Mgr. Uskup berkata, Kita belajar dari pengalaman Maria itu merupakan resep dari Maria. Maria merasa tidak berdaya dan merasa kecil dan merasa sebagai seorang kampung. “Saya ini hamba Tuhan terjadilah menurut perkatan-Mu itu”. Artinya Maria berpasrah. Tidak mengikuti keinginannya. Seluruh kehidupannya Maria, saya hanya melaksanakan kehendak Tuhan dalam diri saya. Apa pun orang bicara, apa atau lainnya. Tapi saya harus melaksanakan seluruhnya menurut kehendak Allah. Itulah rahasia Maria dan menjadi resep bagi kita. Jadi Maria mengikuti kehendak Allah dalam berbagai tantangan dan kesulitan.
Dalam keluarga dan hidup masyarakat pun, sering terjadi sama seperti Maria yang penuh dengan berbagai kecemasan dan tantangan. Namun kita buat Tuhan punya mau dalam keluarga, anak-anak saya, suami saya, lingkungan kita. Kita tidak buat apa maunya suami atau istri atau anak-anak. Apa pun yang terjadi kita buat sesuai Tuhan punya mau dalam keluarga, suami, istri, anak-anak saya. Itulah resep yang paling baik dan sebagai orang beriman, Maria kasih resep, kamu jalani maunya Tuhan dalam kehidupan ini agar Tuhanlah yang membimbing setiap kita.
Sebagai hidup membiara, Uskup, Pastor, Suster: Kita juga pakai resep Maria ini. Suster Olidia, TMM dan Suster Vera, TMM bisa buat karena menjalankan Tuhan punya rencana dalam pelayanan karya pastoral. Kalau suster dorang punya mau, pastilah pusing kepala. Apalagi kalau menjadikan masalah keluarga menjadi masalah suster. Pastilah berbagai keinginan dalam hidup dirinya. Tetapi karena pikirannya hanya mau menjalankan Tuhan punya mau dan rencana dalam berbagai tugas, pastilah akan mengalami suasana damai. Itulah yang menjalankan dengan setia dan taat pada kehendak Allah sehingga pada hari ini, kedua suster merayakan hidup membiara 25 tahun. Kita merasa bersyukur karena suster dengan setia dan taat menjalankan tugas perutusan dalam karya pastoral di kampung-kampung sampai di pedalaman Waghete dan Agumuga di Keuskupan Timika.
Mereka berdua merasa senang dan bahagia walaupun Suster Odilia bertugas dipedalaman Waghete (dingin, hujan, jalan kaki) tanpa adanya kendaraan alias jalan kaki. Sementara Suster Veranika tugas di Pedalaman Agimuga tanpa lampu dan tanpa signal tetapi menjalankan tugas dengan setia dan senang memberikan obat, lap ingus-ingusan dari anak-anak di Agimuga. Untuk apa tugas di pedalaman seperti ini? Untuk apa pergi makan nota dan keladi, tidak ada listrik, tidak ada signal. Tetapi suster berdua sebagai alat untuk menjalankan maunya Tuhan sehingga mereka dengan setia dan taat menjalankan tugas pelayanan bagi umat di pedalaman Papua. Itulah resepnya.
Dalam homilinya, Mgr. Uskup mengingatkan pada kita bahwa Dunia sekarang banyak orang tidak suka. Dunia sekarang orang lebih suka bagaimana saya menjalankan sukanya. Dunia sekarang orang lebih tidak suka bagaimana menjalankan Tuhan punya mau. Maka itu, kita lihat di mana-mana ada masalah. Kalau tidak jadi kehendaknya, maka dia mulai marah, ribut di mana-mana. Kalau mama punya kehendak tidak jadi, maka mama hilang. Suami punya mau tidak jadi, dia keluar terus dan lupa pulang ke rumah. Demikian juga anak-anak. Banyak orang buat anak banyak-banyak. Apakah anda buat anak yang setia pada pilihannya atau kehendak orang tuanya? Buat anak gampang. Anak-anak banyak tetapi miskin. Tetapi kamu harus bertanggungjawab atas anak-anak dengan kesetiaan dan menjalankan maunya Tuhan kepada suamimu, istrimu, dan anak-anakmu. Karena kini banyak orang tidak setia sebagai guru, pegawai di kantor, dan di tempat kerja lainnya. Misalnya, di kampung Oel di Key, tidak ada pastor. Saya dari kampung Oel tapi saya Uskup. Jadi tidak ada Pastor. Kalau di kampung lain itu, ada banyak pastor. Kalau suster (suster Olidia, TMM) dari kampung Oel cuman 8 orang termasuk Suster Odilia. Kalau di kampung lain itu, sampai 20 atau 30 suster. Karena itu, pendidikan dalam keluarga itu penting. Artinya bahwa Pendidikan keluarga, pendidikan hidup, dan pendidikan iman itu sangat penting. Setiap keluarga mesti bertanggungjawab atas kehidupan keluarga.
Lanjutan dalam homilinya Mgr mendesak supaya semua orang tua kasih sekolahkan anak-anakmu. Siapa pun orang tua yang tidak sekolahkan anak, dosa besar tapi tidak masuk Surga. Kalau saya yang atur pasti orang tua itu, tidak masuk surga tetapi Tuhan Allah yang mangatur ini. Lebih baik kamu tidak boleh buat anak kalau anak itu tidak tahu baca, tulis, dan hitung. Itu berarti bahwa seumur hidup anak mu menderita. Orang lain baca korang, dia nonton koran, orang lain baca buku, dia nonton buku, dia buka gambar saja. Ada penerimaan pegawai dan pergi lamar pakai ijazah, dia tidak ada ijazah. Salah siapa? Salah orang tua, itu dosa besar dan lebih baik kamu tidak boleh buat anak. Kamu lahirkan anak tetapi tidak tahu baca, tulis, hitung, dan bicara pakai otak bagaimana pun tidak mengerti. Karena tidak bisa, sehingga dia menjadi tukang bangunan saja setiap tahun ini. Jadi kalau ada anak, kamu harus tanggung jawab dan sekolahkan sampai dia harus mengetahui 3 M (Membaca, Menulis, dan Menghitung) dan sekolahkan sampai mendapatkan ijazah SMA atau sarjana.
Pendidikan keluarga mesti mendasarkan pada pendidikan iman seperti Bunda Maria. Karena dunia sekarang, kalau tidak kuat iman, pastilah anak itu gagal dan membuat orang tua atau keluarga menyusahkan keluarganya atau orang tua. Banyak orang tua yang sakit karena anak. Banyak orang tua mati karena anak-anaknya. Karena itu, ajarkan anak-anak mu agar mengetahui tanda kemenangan Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Contoh yang baik adalah peran bapa dan mama itu sangat penting. Bertanya anak kepada orang tuanya: kenapa anak tidak pergi hari minggu, ah bapak atau Mama saja tidak pergi sembahyang moo........

Dunia sekarang banyak anak-anak mencari kriminal, ada banyak pembunuhan, anak menjadi perakus minum mabuk. Ada banyak anak yang menjadi perampok, gelandangan, pencuri, dan tukang jalan-jalan. Itu semua terjadi karena orang tua tidak memberikan bekal iman akan Allah. Kamu tidak boleh bangga karena saudaramu atau kaka atau om atau tanta menjadi Pastor atau Suster atau Uskup sehingga senang dan bangga. Tetapi kamu harus berpikir bahwa kamu harus bangga karena mereka, maka kita harus hidup baik dan bahagia. Kita harus kuat dalam iman dan mampu menghadapi berbagai persoalan di tengah dunia. Jadi anak-anak harus sekolah. Orang tua harus bertanggungjawab dalam pendidikan keluarga, pendidikan hidup, dan pendidikan iman dalam keluarga. Agar anak-anakmu mampu menghadapi berbagai persoalan yang mengoncangkan iman di tengah dunia ini. (Santon Tekege)

DUKA NESTAPA, TANGISAN TERSIAR DI SELURUH TANAH PAPUA


(TUTUP BUKU KEHIDUPAN SEORANG PASTOR NATALIS GOBAI, PR
DI KEUSUPAN TIMIKA PAPUA)

Oleh Santon Tekege

Terdengarlah berita yang tak diduga oleh setiap kita. Berita itu mewarnai duka nestapa dan tangisan yang tersiar di mana-mana di seluruh tanah Papua. Berita itu tidak lain, berita duka meninggalnya Pastor Natalis Gobai, Pr. Wakil Uskup Keuskupan Timika, Pastor Natatalis Gobay, Pr meninggal siang, Minggu 1 Februari 2015 sekitar Pukul 13:00 waktu setempat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nabire-Papua. Kegiatannya seperti biasa dilakukan dari Pastoran Kristus Raja (KR) Malompo. Mama Marlin (pembantu masak di Pastoran), paginya, Pastor Nato memimpim perayaan ekaristi di Gereja KR Siriwini Nabire. Setelah itu, Pastor cerita-cerita dengan para frater dari Tahun Orientasi Rohani (TOR) Jayanti Wadio di Pastoran. Saat saya masak di dapur, saya dengar ada bunyi besar di arah kamar Pastor. Saya ke sana cepat dan melihat Pastor sudah jatuh di kamar mandi. Pastor sudah tidak bersuara. Saya panggil Pastor punya om dan umat untuk dibawa ke rumah sakit. Tiba di sana, Pastor sudah tidak tertolong, katanya dengan meneteskan air mata. 
Salah satu umat Gereja KR, menjelaskan, saat kotbah pada hari Minggu pagi tadi, Pastor Nato mengingatkan, “setiap orang saling menghargai dan menghormati dalam keluarga dan masyarakat. "Tadi pagi, pater kotbah, suami tunduk pada istri, istri tunduk pada suami. Anak-anak dengarkan orang tua. Saling mengasihi antar kalian dalam hidup”, kata umat Kombas St. Yohanes Pemandi (Paroki KR Malompo Nabire) katanya Ibu Degei. (Baca Majalah Selangkah)

Pastor Nato Menolak Ketidakadilan
Pastor Nato adalah seorang pastor orang asli Papua yang dengan lantang dalam berbagai kesempatan dan forum menentang ketidakadilan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di tanah Papua.  Saat ia bertugas di Pastor Paroki Santa Maria  Biak misalnya, Pater Nato menentang pelanggaran HAM di tanah Papua. Bahkan, ia sempat ke sejumlah negara untuk berbicara kondisi  HAM di Papua. 
Makalah yang ia sampaikan pada 29-30 Juni 2000 di Berlin misalnya bisa Anda baca di sini, "TANTANGAN GEREJA DALAM MENSIKAPI KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN DI PAPUA BARAT". Pastor Nato Gobay juga menentang keras menindas orang lain dengan mengatasnamakan iman. Iman seringkali dijadikan alat untuk menindas orang lain. "Banyak umat kristiani perilakunya dan tindakannya menindas orang lain. Di Papua, banyak umat Kristiani mengaku orang Kristen dan membawa-bawa agama atau imannya dalam kata-kata unuk meloloskan diri dalam pekerjaan atau himpitan tetapi perilakunya di lapangan justru menindas orang lain", (baca: Wakil Uskup Timika: Jangan Menindas Atasnamakan Iman).
Pada 17-20 November 2014 lalu, Pastor Nato juga memimpin Musyawara Besar (Mubes) penanggulangan HIV dan AIDS dan Minuman Keras (Miras) di Wilayah Meepago (Nabire, Dogiyai, Deiyai, Paniai, Intan Jaya, dan Mimika) yang melibatkan ribuan orang dan menghadirkan Gubernur Provinsi Papua, Lukas Enembe serta 7 Bupati di Meepago di Gereja Katolik Kristus Raja. (Baca: Mubes Miras dan HIV Wilayah Meepago). 
Pastor Nato Gobay, Pr dalam kotbahnya pada perayaan Hari Kristus Raja di Gereja Kristus Raja Nabire, Minggu 23 November 2014 lalu meminta umat Katolik untuk mengingatkan kepada toko penjual minuman keras, warga penjual minuman lokal, penginapan gelap/kumpul kebo, Panti Pijat, Praktek Diskotik, Cafe, Bar, Togel, Lokalisasi dan Narkoba di Wilayah Meepago untuk segera tutup dalam jangka waktu 6 bulan sejak 20 November 2014. "Masyarakat adat Meepago telah menggelar Musyawarah  Besar (Mubes). Hasilnya, masyarakat memberikan waktu 6 bulan untuk tutup miras pabrik dan miras lokal serta semua bar, panti pijat dan lokalisasi; cabut semua izin dan terbitkan Perda larangan. Dalam waktu 6 bulan ini segera beralih usaha. Kalau tidak, saya akan pimpin hancurkan Miras dan Prostitusi," kata Pastor Nato saat itu. 
Ia juga bicara keras atas kasus Paniai. Dalam pidatonya saat penahbisan 10 imam baru di Gereja Kristus Sahabat Kita (KSK) Nabire, Selasa 6 Januari 2015 menentang keras penembakan di Paniai. Pada acara yang dihadiri ribuan orang dan disiarkan langsung RRI itu, Pater Nato menegaskan, orang Papua bukan binatang buruan. "Pemerintah dan aparat militer baik TNI maupun Polri, tolong jangan lakukan penembakan terhadap umat saya. Tidak lama ini aparat sudah menembak mati lima anak muda yang menjadi harapan bangsa ini. Itu terjadi di kampung saya. Saya minta jangan lagi melakukan penembakan terhadap umat saya," tegas Nato saat itu. Saya tidak mau lihat lagi. Saya tidak mau dengar lagi kamu (aparat-red) tembak lagi umat saya di tanah Papua ini kedua kalinya. “Me wagi kouko daa” artinya tidak boleh membunuh. Manusia Papua itu bukan kus-kus yang harus diburu terus. Harus menciptakan damai di tanah Papua. Bukan menciptakan konflik.
Pada saat itu, Pastor Nato meminta kepada 10 Imam baru Keuskupan Timika yang baru ditahbiskan tersebut  untuk menjadi suara bagi umatnya yang tak bisa bersuara atas berbagai soal di tanah Papua, khususnya di wilayah Keuskupan Timika, (baca: Wakil Uskup Timika Minta 10 Imam Baru Bersuara Atas Berbagai Soal di Papua).
            Kematian adalah milik Sang Pencipta. Ia tak bisa ditolak oleh manusia, termasuk oleh Pastor Nato. Banyak tugas mulia dan banyak ide, tentang  pendidikan YPPK, tentang pembangunan Gereja KR yang besar,  tentang HAM, tentang kesehatan (pemberantasan HIV/Miras), dan masih banyak lagi telah pergi bersama Pastor Nato. 
Kepergian Pastor Nato kepada Bapa di Surga adalah kehilangan besar bagi banyak orang di tanah Papua. Tidak hanya bagi umatnya di gereja KR, tetapi juga bagi banyak orang yang ia layani dan ia suarakan dengan lantang selama hidupnya di tanah Papua.

Duka Uskup Saklil: Kali Ini Engkau Datang dengan Cara yang Berbeda
Kalimat pertama menyambut jenasah Pastor Nato Gobay, Pr menyentuh warga dan umat yang berduka sekelilingnya. Duka bagi warga Mimika, setelah jenasah itu tiba dari kota Nabire, tempat kematian pastor Projo Keuskupan Timika itu. “Kali ini (Pastor) Natalis Gobay, datang dengan cara yang berbeda,” sambut Uskup Keuskupan Timika, John Philip Saklil,  selasa 3 Februari 2015 pada jam 15.00 sore waktu setempat.
Sambutan itu diungkapkan Uskup ketika arak-arakan jenasah itu tiba dari bandar Udara Moses Kilangin Timika menuju pintu Gereja Katedral Tiga Raja Timika. Riak dan tangis kaum ibu menyelimuti suasana duka itu. Beraneka ragam kisah, suka dan duka bersama pastor terungkap saat itu. Mereka mengisahkan kisah perjumpaan bahkan nasehat dan motivasi dari pastor kala situasi beragam di waktu silam di kota dollar ini. “Ini mau berdoa untuk Pastor Nato. Jadi tidak usah menangis,” tegur seorang Bapa, mengingatkan ibu-ibu itu.
Selanjutnya, jenasah itu diarak menuju ke depan Altar Gereja katolik terbesar di Kota Timika itu. Ibadah penyambutan jenasah dipimpin Uskup Timika, Mgr John Philip Saklil, Pr. Pimpinan gereja katolik itu tampak mengenakan jubah kebesaran berwarna unggu, tanda perkabungan. Demikian juga warna hitam dan putih untuk sejumlah pastor dari Keuskupan Timika dan beberapa pastor yang bertugas di lingkup Keuskupan Jayapura turut berduka dalam ibadah penyambutan itu. Proses perayaan penyambutan dilangsungkan kurang lebih sekitar 15 menit. Usai ibadah singkat, separuh umat dan keluarga beserta kerabat mengunjungi dan menangis pembaringan sementara jasad di depan altar suci gereja Katolik, bertujuan hendak mengetahui dan memastikan nasib pastor itu. Mereka menangisi di depan altar itu. Berbagai ungkapan dan lontaran kalimat bercampur tangis. Tentunya, duka lebih banyak dibanding, kisah suka di masa lalu bersama Pastor pemberani dan pembela Hak Asasi Manusia (HAM) itu.

Pemakaman Pastor Nato Gobay, Pr di Pekuburan Unio Projo
Setelah 2 hari dua malam disemayamkan di Gereja Katolik Katedral Timika, kini tiba saatnya untuk mengadakan misa penghormatan terakhir untuk Pastor Natalis Gobay. Ribuan umat dari denominasi Gereja di Timika dan umat Katolik merayakan misa penutupan tutup buku Kehidupan Pastor Nato Gobay.
Sebelum jenazah diberangkatkan, adanya beberapa kata-kata sambutan. Perwakilan dari keluarga, bapak Drs. Ayub Kayame, menyampaikan bahwa kami persembahkan kepala Allah, Pastor Natalis Gobay, Pr atau dalam Gereja Kingmi terdaftar nama Yulius Gobay. Dia adalah sosok pejuang perdamaian dan keadilan, sosok pejuang HAM, dan pejuang bagi semua orang di Papua. Bapak Ayub Kayame mengajak agar kita semua belajar dari sosok pejuang segala hal ini. Dan beliau berkata “Keuskupan Timika adalah kebunnya masih luas, butuh anak-anak generasi berikut pengganti Pastor Nato di Keuskupan Timika”, karena itu beliau meminta Uskup agar kaderkan anak-anak muda di Keuskupan ini, dan ditutup dengan istilah “Uwaakomo kaa, tookomo kaa”.
Sementara Pastor Amandus Rahadat, Pr menyampaikan dalam sambutannya bahwa Pastor Nato memperhatikan beberapa bidang. Bidang-bidang tersebut adalah Pertama, bidang pendidikan (Yayasan, Pendidikan Pastoral, dan Pedoman YPPK); kedua, Bidang Sosial Ekonomi (keberpihakan pada orang miskin dan lemah, perhatian pada Mama-mama asli Kamoro dan Amungme, memperjuangkan LPMAK dana 1 %, dan CU; ketiga, bidang Pembelaan HAM (pendampingan bagi para korban ketidakadilan, menyuarakan kasus pembunuhan, dan dialah seorang imam Katolik yang berani menyuarakan orang yang miskin, menderita dan tertindas oleh penguasa Indonesia); dan keempat, bidang kesehatan (beliau bicara soal HIV dan AIDS, dan mengadakan musyawara besar untuk kasus virus HIV dan AIDS). Selanjutnya pemerintah Mimika wakil Bupati Mimika bapak Bassang, dan Perwakilan Gubernur Papua. Akhirnya sambutan ditutup oleh Mgr. Uskup Timika bahwa “Nato selalu suka damai, karena itu kita antar dengan damai” di tempat peristirahatan terakhir dalam peziarahan seorang Nato.
Setelah misa, ribuan umat berarak mengikuti jejak pelayanan Pastor Nato mulai dari Gereja Tiga Raja, masuk di jalan Koperapoka, lanjut di Belibis dan Timika Indah, kemudian masuk di jalan SP 2 dan menuju ke Pekuburan Unio Projo. Ribuan umat jalan kaki dan ribuan orang jalan dengan kendaraan. Akhirnya Pastor Natalis Gobai, Pr disemayamkan di pekuburan Unio Projo Kompleks Keuskupan Transit Bobaigo di jalan SP 2 Timika.

Tutup Buku Kehidupan Pastor Natalis Gobai, Pr
Hari ini, kita menutupi seluruh kehidupan Pastor Natalis Gobai, Pr. Kita merayakan 7 malam hari ini, berarti kita tutup buku kehidupannya. Dalam perayaan 7 malam meninggalnya Pastor Nato itu, dipimpin langsung oleh Mgr. Uskup Timika-Papua.
Dalam kotbahnya, Mgr. Uskup Timika mengingatkan kita bahwa semua orang akan meninggal dunia, itu pernyataan iman. Kita bertanya apakah kita masuk surga atau neraka. Untuk jawab itu adalah tergantung kita buat apa sekarang ini. Apa yang kita buat sekarang ini akan menjadi tiket masuk surga. Apa yang kita buat sekarang akan menjadi jaminan, Apakah kita ditolak atau diterima Allah. Kita tidak bisa katakan saya ini orang hebat, pengaruh, pejabat atau lainnya. Injil hari ini mengajak kita bahwa mereka yang masuk surga adalah mereka yang melakukan kehendak Allah.
Selanjutnya bahwa kita tidak tahu apakah Pastor Nato masuk Surga atau tidak. Kita semua tidak tahu. Yang menentukan masuk Surga atau tidak adalah Tuhan Allah sendiri. Tapi kita sebagai orang beriman percaya bahwa kita berdoa agar dia diterima di sisi Allah. Karena alasannya bahwa dia sudah menjalankan hidup yang baik. Yang jelasnya bahwa pastor Nato telah membuat banyak hal. Dia berdoa kepada mereka yang sakit, bisa sembuh, menderita bisa hidup baik, susah bisa gembira, lapar bisa kenyang, dan lainnya.
Pastor Nato sudah berjanji kepada Tuhan dan dia membuat perjalanan panjang. Kita yakin bahwa dia sudah membuat banyak hal demi banyak orang di negeri ini. Kita menyesal karena dia sudah tidak ada. Kita sedih karena dia membuat banyak hal. Maka itu kita percaya bahwa pastilah dia diterima di sisi Allah tapi kita tidak tahu. Kapan dia mau ambil atau kapan kita dipanggil Tuhan. Karena semuanya adalah rencana Allah. Siapa pun yang meninggal adalah dia tutup buku. Kita menangis tapi menangisi diri kita. Kita sedih untuk diri kita karena kita semua masih dalam perjalanan dan kita buat apa agar kita masuk surga.
Mgr. Uskup Keuskupan Timika mengingatkan pesan-pesan dari seornag PastorNato. Dan Nato bilang: kalau ko masuk surga, maka ko jangan benci orang lain. Kalau masuk surga ko harus berjuang agar semua orang bisa hidup baik. Semua orang bisa hidup dalam kebenaran. Dia bilang kamu semua harus hidup benar. Bukan mereka saja tapi kita semua hidup baik. Kalau hidup benar, maka itu, siapa yang melawan kebenaran dia berperan. Siapa yang melawan ketidakadilan dia bermusuhan. Semua orang yg berada dalam penindasan, Nato berperan terus. Tugas kita adalah tidak usah menangis. Kalau engkau sayang Nato, teruskan dia punya hidup, engkau teruskan teladan, dan teruskan dia punya nasehat, teruskan dia punya kata. Kalau hari ini saja dan kembali pada hidup sebelumnya, maka percuma saja kelakuan itu.
Seorang Nato berjuang HAM bukan saja sembayang di gereja. Dia buat di lapangan dan dia bicara. Kita juga bersama berjuang agar semua orang hidup dalam damai. Seorang Nato bilang bicara terus pendidikan. Dia bicara terus mengenai pendidikan, dia nasehat harus sekolah sampai sarjana, dan bicara soal berbagai anak-anak muda yang tidak sekolah. Karena Papua akan selamatkan kalau anak-anaknya sekolah. Kalau anak-anakmu tidak sekolah, akan bikin kacau situasi dan kehidupan masyarakat sekitarnya. Di mana-mana orang butuh ijazah dan semua kantor butuh ijazah. Kalau minum mabuk tidak pakai ijazah. Banyak anak tidak sekolah, baca, hitung, dan tugasnya hanya sebagai karyawan minum mabuk saja.
Kalau kamu mau sayang sama Nato, maka kita harus ikuti nasehatnya agar anak-anak bisa sekolah. Untuk apa ko menangis, sementara anak mu tidak sekolah. Percuma, tidak usah menangis. Ko menangis karena saya pu om, tete, bapak, dan tanta tetapi ko pu anak tidak sekolah padahal Nato bicara tentang sekolah, pendidikan, dan lainnya. Kalau mau menjadi Nato, ko harus sekolah. Itu pesan. Dia tidak kasih tinggal uang, mobil, motor, babi, maitua. Tetapi dia kasih tinggal nasehat dan pesan-pesan. Nato bilang: Hati-hati dengan penyakit HIV dan AIDS. Hal itu yang dia bicarakan pada 17-20 November 2014 di Nabire.
Dalam Mubes itu, hati-hati ko kawin orang di pasar, nanti ko bawa penyakit HIV dan AIDS. Hati-hati dengan miras karena orang papua mati karena miras, HIV dan AIDS. Ko sendiri yang pergi cari sama dia. Orang banyak meninggal karena miras, HIV dan AIDS bukan karena perang. Jangan salahkan orang lain karena ko sendiri yang cari dia. Banyak orang mati mudah karena barang-barang ini. Kalau ko sayang Nato, ko kasih tinggal itu.  Itulah dia punya nasehat dan kata-kata terakhir.
Untuk apa menangis kalau ko tidak ikut nasehat. Untuk menangis dia tapi ko tidak sekolah. Untuk apa ko menangis-menangis tapi ko pergi cari di pasar, tidak tahu cari apa di pasar?
Maka itu hari ini, kita tutup cerita Nato. Tuhan Allah menutup buku kehidupan Nato di dunia ini. Namun ko harus lihat ke depan. Karena cerita Pastor,  Tuhan Allah tutup hari ini. Ko harus pikir dan lihat masa depan, saya harus buat apa? 
Bapa Uskup Timika mengingatkan kepada bahwa Patoga Nato buat itu, saya bicara, saya lanjutkan, dan buat apa untuk hari ini dan masa depan? Daripada ko cari siapa salah atau siapa yang bunuh. Kalau ko mau hidup, ko lihat masa depan. Saya punya anak bagaimana supaya anak ku ini menjadi pengganti Nato. Nato hebat maka banyak orang hebat. Nato hebat karena itu semua orang sedih dan merasa kehilangan. Karena itu, ko harus berjuang dan bicara banyak orang demi keselamatan bagi banyak orang di bumi Papua. Semua orang di mana-mana asap babi naik, bukan saja asap doa tapi asap babi naik di mana-mana (di Badauwo, Enarotali, Nabire, Timika). Karena itu Tuhan Allah bingun lihat yang asap babi atau asap doa, ternyata Tuhan Allah mendengarkan asap doa-doa agar Nato masuk Surga.

Penulis: Penulis Petugas Pastoral Keuskupan Timika-Papua.


Jumat, 20 Februari 2015

ENAM ORANG AKTIVIS KNPB PAPUA YANG DITANGKAP APARAT KEAMANAN DI PELABUHAN NABIRE PADA 15 FEBRUARI 2015



Disitahkan Barang Barang Miliki Knpb Serta Penangkapan 6 Aktivis Rombongan Ketua Knpb Nabire Sadrak Kudia Bersama Anggotanya Dianalisis/Kajikan Secara Filosofi Sangat Aneh

Segerah membebaskan penangkapan terhadapa 6 anggota Komite Nasional Papua Barat (KNPB) wilaya mepago kabupaten nabire, serta kini kondusif ini juga mengembalikan barang-barang yang disitahkan oleh kaum gabungan tni/polri 

Dengan kasus tersebutnya monitoring/pandangan yang secara koridor,pentingnya perlu beratentionsasinya atau berwaspadalah seluruh rakyat papua karena moncong senjata nkri di tanah papua makin memodus dan berbagai kekejaman brutal terhadap rakyatnya tanpa memandang dan tidak mengkuantitkan, lebih spesifik/kusus yang primanya wilaya MEPAGO kabuten nabire.

Karekan pekan ini juga tanpa konflik yang aktual secara instan disitahkan/menubruk barang barang atau dokumen yang transenden bagi bangsa papua barat yang sangat urgensinya, dan penangkapan 6 aktivis KNPB serta pengerebekan sekertariat Komite Nasional Papua Barat( KNPB) wilayah nabire oleh gabungana Tni/Polri yang berdominasi di wilaya mepago.

Dengan peristiwa tersebut alasan dan tujuan dari pihak penangkapan gabunagan tni/polri terhadap 6 aktivis wilaya mepago kabupaten nabire, konflik tersebut ini kami pihak korbang kaum mediasi maupun rakyat papua belum menyelidiki apa yang tni/Polri maksud dan menyeluruhkan.

terkaid dengan kasus ketubrukan honai knpb dan disitak barang barang demi bagi bangsa papua barat serta diasingkan 6 aktivis rombongan ketua KNPB nabire Sadrak Kudia bersama anggotanya dianasis/kajikan secara filosofi sanagt eneh.

Berikut Adalah Nama-Nama 6 Aktivis KNPB Yang Ditangkap Di Nabire:

1.Zadrak Kudiay (ketua KNPB wilayah Nabire),
2.Yaved Keiya (kepala komisariat kemanan KNPB Wilayah Nabire),
3.Deserius Goo (Juru Bicara KNPB Nabire),
4.Zeth Yumai (Anggota KNPB Wilayah Nabire),
5. serta Kristianus Yumai (15)
6. Yunus Muyapa merupakan pelajar SMK N1 Nabire.

Karena penangkapan serta disitahkan barang barang yang berkualitas ini tanpa isyarat yang vormal dengan ini segerah membebaskan dan menyelidiki moment mendekat dalam minngu ini juga,kini kami dari rakyat papua barat mengimbahu kepeda:

1.panglima TNI Jakarta,
2.KAPOLR di Jakarta
3.KAPOLDA Papua dan Papua Barat
4.KAPOLRES nabire
5.Dandim nabire
segera membebaskan 6 anggota aktivis Komite Nasional Papua Barat (KNPB) yang masih ditahanan di kapolres nabire dan kondusif baginya juga segerah mengembalikan barang barang berkualitas yang disitahkan oleh konjungsi tni/polri yang tidak menturuti RUU yang melandasih pada bangsa melayunya.

kami memohon dengan keprihatinan yang tulis segera dalam minggu ini juga mohon mengemnalikan barang barang bantahan tersebut itu.
dibalik kasus kejam yang terjadi di wilaya mepago di kabupaten nabire peristiwa tersebutnya kami seluruh bangsa papua barat tidak memaklumi dengan kode etik apa yang rangcang pada pihak keamanan nkri yang mengnalarisasikan.

karenakan ketika pihak kaum seperjuang perjuangan bangsa papua barat/KNPB memeberikan pertanyaan terimplisit dengan penangkapan kepada pihak pejajah/tni polri, namun dari pihak anti negara melayu indonesia tidak ada respon dan jadi seorang tolol/dunggu tidak bersuara instan diam di tempat.

Dengan demikian kami dari seluruh rakyat papua menyampaikan kepada fraksi-fraksi negara,tni polri bersama jajarannya kondusif ini juga segera keluarkan 6 anggota tersebut yang ada di tahanan nkri di polsek nabire,karena kasusunya alur vestigasi yang serealitanya kami tidak tahu alasan dari penangkapan ini.

Dan kami seluruh rakyat papua menyampaikan juga kepada tni polri bahwa kami bangsa papua barat tidak memperkenalkan berbgai metode stigma brutal yang NKRI melintasih di tanah papua,karena dilihat dari pada orang asli papua (OAP) sudah dipunah habis dan dikenakan dengan berbagai genosida yang lainnya.

Anenya Tni/Polri Serta Negaranya

Sewajarnya sudah tahu bahwa latar hudup atau maksud KNPB adalah perjuangan kemerdekaan bangsa papua barat,tapi tanpa alasan yang jelas secara langsung menanngkap ini dibalik itu ada pertanyaan besar bagi negaranya……..?

Sedangkan seorang pembela negaranya tiba-tibab jadi bisuh apakah ini wajar ketika 6 anggota tersebut yang menangkap memberi pertanyaan kepada pihak penjaja yang tahu hanya jadi bisuh dan tanpa respon apapun jadi seorang keamanan atau anti negara yang membisu,berarati bangsa indonesia adalah tidak memiliki hukum dasar dan tidak memiliki UUD yang di rangcang pada negaranya.


by Kadepa

GERAKAN IKLIM KATOLIK GLOBAL PERTAMA DILUNCURKAN DI MANILA FILIPINA PADA 14 JANUARI 2015

Gerakan iklim Katolik global pertama diluncurkan

29/01/2015
Gerakan iklim Katolik global pertama diluncurkan thumbnail

Gerakan Iklim Katolik Global, yang pertama di seluruh dunia sebagai upaya kolaborasi  para pemimpin Katolik dan organisasi untuk bekerja demi masa depan iklim, diluncurkan di Manila pada  14 Januari.
Tugas gerakan ini  adalah mendukung ajaran Katolik tentang lingkungan dan seruan doa di kalangan umat Katolik di seluruh dunia.
Gerakan ini terdiri dari sekitar 30 organisasi Katolik dari seluruh lima benua, baik awam maupun klerus – teolog, ilmuwan dan aktivis hak.
Siaran pers dari kelompok itu menjelaskan peluncuran gerakan itu adalah pertama kali, dibentuk untuk bekerja dan berdoa bersama tentang isu-isu iklim.
“Pembicaraan tentang krisis iklim seputar implikasi spiritual dan moral yang mendalam akibat kegagalan kita memelihara ciptaan Tuhan,” kata Pablo Canziani, seorang cendikiawan dari Argentina.
“Dikaitkan dengan ajaran Paus Fransiskus dan para uskup Filipina, seruan kepada  umat Katolik untuk mempromosikan ajaran Gereja untuk memiliki tanggung jawab moral dalam bertindak, dan meningkatkan kesadaran tentang perubahan iklim dan dampaknya, terutama pada masyarakat miskin dan masa depan generasi,” tambah Patrick Carolan, direktur eksekutif Fransiscan Action Network.
“Umat Katolik didorong untuk mengambil bagian dalam tindakan untuk menemukan kesepakatan iklim internasional yang tegas dan menyerahkan segala upaya kami kepada Yesus Kristus,  membuat semua hal baru,” lanjutnya.
Gerakan itu menyatakan 2015 sebagai tahun gerakan Gereja terkait iklim dunia, yang menunjukkan bahwa Paus bermaksud  menyelesaikan ensiklik tentang ekologi, mungkin pada awal Maret.
Gerakan ini memilih Manila sebagai tempat untuk peluncuran tersebut karena bertepatan dengan kunjungan Paus Fransiskus di Filipina.
Luis Antonio Kardinal Tagle, Uskup Agung Manila, menjelaskan kepada Paus, kemudian menyerahkan  salinan pernyataan dari gerakan itu.
“Gerakan ini berencana meningkatkan jaringan dan berbagi informasi tentang perubahan iklim di kalangan berbagai organisasi Katolik lintas batas nasional,   meningkatkan pemahaman lebih jauh ajaran Gereja tentang pemeliharaan ciptaan Tuhan dan  menanggapi keprihatinan Paus Fransiskus dan para pemimpin Gereja lainnya  tentang perubahan iklim ,” kata Lou Arsenio, koordinator Kementerian Ekologi Keuskupan Agung Manila.
Untuk mendorong partisipasi seluruh dunia, Gerakan itu telah membuat sebuah situs  (www.CatholicClimateMovement.global), baik sebagai penggalang kesadaran maupun platform untuk keterlibatan yang lebih luas.
Sumber: ucanews.com

TANTANGAN DALAM DIALOG ANTARAGAMA DIBAHAS DI FILIPINA

Tantangan dalam dialog antaragama dibahas

09/02/2015
Tantangan dalam dialog antaragama dibahas thumbnail
Prof. Dr. Mathijs Lamberigts

Prof. Dr. Mathijs Lamberigts, seorang teolog menekankan pentingnya menghormati, keterbukaan dan belajar bagaimana jika orang tidak setuju dengan cara damai terhadap para penganut  agama lain dalam ceramahnya pada 5 Februari di Universitas Santo Tomas (UST) di Manila, Filipina.
Lamberigts, dekan Fakultas Teologi dan Studi Agama di Universitas Leuven, Belgia berbicara tentang “Gereja di dunia saat ini: tantangan yang ditimbulkan oleh dialog antaragama dan kebebasan beragama” pada acara tersebut, yang diselenggarakan oleh Serikat Teologi UST dan Fakultas Dialog Antaragama.
“Dialog antaragama adalah mengetahui tradisi Anda sendiri, dengan mengetahui tradisi lain, rasa hormat, keterbukaan, dan kesediaan untuk tidak setuju satu sama lain dengan cara damai,” katanya.
Lamberigts mengatakan tantangan terbesar yang dihadapi dalam dialog antaragama dan kebebasan beragama adalah belajar bagaimana menghormati agama-agama lain.
Menurut profesor itu, penekanan pada penghormatan dapat ditemukan dalam dokumen Konsili Vatikan II.
Dr. Lilian Sison, Sekjen Komite Agama untuk Perdamaian Filipina, dan anggota forum rektor, menyoroti poin penting dari dokumen konsili seraya mengatakan: “Gereja ingin menjadi pelayanan kepada dunia hari ini. Umat Katolik dalam pelayanan kepada sesama kita harus inklusif dan belajar bagaimana berhubungan dengan agama-agama tersebut.”
Dengan mengutip pendiri Gerakan Focolare, Chiara Lubich, Mantan Rektor UST Pastor Rolando dela Rosa mengatakan, “Apakah yang melukai saya adalah diri saya sendiri”, dapat diterapkan dalam dialog antaragama kontemporer.
“Perdamaian dimulai ketika kita menyadari bahwa semua penderitaan dan rasa sakit kita sering kita buat sendiri.”
Dalam wawancara dengan CBCP News, Crescencia Gabijan, seorang profesor di Pascasarjana UST dan mantan anak didik Lubich, mengatakan bahwa itu adalah sebuah tantangan berdialog dengan orang-orang dari agama-agama lain dan melayani setiap orang “dengan kerendahan hati dan rasa hormat.”
Dia menekankan perlunya kerendahan hati dalam konteks seperti Filipina dimana Katolik adalah agama mayoritas.
Ia mengatakan sulit bagi orang Kristen untuk memahami agama minoritas sehingga “ada kebutuhan untuk rendah hati, dan pemahaman agar kita bisa tahu situasi hidup mereka.”
Gabijan juga percaya dialog antaragama merupakan  sebuah tantangan saat ini, terutama di Asia, bahwa dialog tersebut menjadi pengalaman dan bukan hanya sebuah konsep.
Sumber: ucanews.com

PAUS FRANSISKUS MENDESAK PEMERINTAH DI SELURUH DUNIA HAPUS PERDAGANGAN MANUSIA DI SEGALA TEMPAT

Paus Fransiskus desak pemerintah seluruh dunia hapus perdagangan manusia

10/02/2015
Paus Fransiskus desak pemerintah seluruh dunia hapus perdagangan manusia thumbnail

Menandai Hari Doa, Paus Fransiskus  menentang perdagangan manusia dengan meminta pemerintah seluruh dunia  menghapus “luka  memalukan” ini yang tidak memiliki tempat dalam “masyarakat sipil.”
“Masing-masing dari kita merasa berkomitmen untuk menyuarakan kasus ini, saudara-saudara kita, martabat mereka dipermalukan,” kata Bapa Suci dalam audiensi di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, usai Doa Angelus.
Pada 8 Februari Hari Doa bertepatan dengan Pesta Santo Josephine Bakhita, seorang biarawati Sudan abad ke-19, yang pada saat  itu ia masih berusia anak-anak dan telah menjadi korban perbudakan, kata Paus.
Paus Fransiskus memberikan dorongan kepada mereka yang bekerja untuk mengakhiri perdagangan “laki-laki, perempuan, dan anak-anak” yang “diperbudak, dieksploitasi, disalahgunakan sebagai alat untuk bekerja atau kesenangan, dan sering disiksa dan dipermalukan.”
Dia kemudian menyerukan pemerintah seluruh dunia untuk bertindak dalam “menghapus penyebab luka memalukan ini … luka yang tidak layak dalam masyarakat sipil.”
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan sebanyak 2,5 juta orang hidup sebagai korban perdagangan manusia.
Berbicara menjelang Doa Angelus, Paus Fransiskus fokus pada penyembuhan dengan mengacu pada  Injil hari itu (Markus 1: 29-29) yang mengisahkan penyembuhan ibu mertua Petrus.
“Berkhotbah dan menyembuhkan: ini adalah kegiatan utama Yesus dalam kehidupan dalam masyarakat,” kata Bapa Suci.
Setelah datang ke bumi untuk “mewartakan dan membawa keselamatan seluruh umat manusia,” kata Paus, Yesus menunjukkan kasihnya dengan menyembuhkan orang-orang yang terluka secara fisik dan rohani: “orang miskin, orang-orang berdosa, kerasukan, orang sakit, orang yang dikucilkan.”
“Dia adalah Juru Selamat  sejati. Yesus menyelamatkan, Yesus memulihkan, Yesus menyembuhkan”.