Kamis, 29 Januari 2015

TIMIKA-PAPUA: FREEPORT PRODUKSI URANIUM SECARA DIAM-DIAM

Freeport Produksi Uranium Secara Diam-diam



Freeport Produksi Uranium Secara Diam-diamJayapura (ANTARA News) 14 Juli 2010 - Freeport diduga menggali bahan baku uranium secara diam-diam sejak delapan bulan silam, kata Yan Permenas Mandenas S.Sos Ketua Fraksi Pikiran Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua kepada ANTARA di Jayapura, Selasa, di ruang kerjanya.

"Kegiatan ini dilakukan secara tersembunyi dan telah berlangsung cukup lama," ungkapnya yang juga anggota Komisi C DPRDP.

Ia menambahkan, Freeport telah mencuri hasil kekayaan masyarakat Papua dan membohongi pemerintah dengan hasil tambang yang disalurkan lewat jaringan pipa-pipa bawah tanah.

"Selain emas, uranium juga diproduksi oleh Freeport," tambahnya.

Informasi ini menurutnya, didapatkan dari sejumlah masyarakat dan karyawan Freeport di Timika.

"Selain karyawan dan masyarakat, saya juga mendapat laporan dari sumber yang dapat dipercaya," tandasnya.

Hal ini sangat disayangkan mengingat pajak yang didapatkan dari perusahaan emas terbesar didunia ini, hanya berjumlah Rp30 milyar pada tahun lalu.

Mandenas juga mengeluhkan, bahwa dewan belum bisa bergerak karena terkendala masalah klasik, yaitu belum ada alokasi dana untuk turun ke lapangan.

"Kami belum bisa ke lapangan karena terkendala dana," katanya.
Editor: B Kunto Wibisono

Kamis, 22 Januari 2015

SEMUA PIHAK DIAM MEMBISU, KELAPA SAWIT DI WAMI DAN SIMA BERSENANG-SENANG MEMAKANNYA

SEMUA PIHAK DIAM MEMBISU, KELAPA SAWIT DI WAMI DAN SIMA BERSENANG-SENANG MEMAKANNYA
















Perusuahan Kelapa Sawit  PT.Nabire Baru (PT.NB), lewat Menagernya "Imam Basrowi, Menegaskan bahwa " Pihak PT.Nabire Baru, belum bisa melayani hal-hal menyangkut pendidikan, kesehatan dan program-program lain kepada pemilik ulayat. 
Direktur PT.Nabire Baru " IMAM BASROWI"
Hal itu disampaikan ketika pemilik ulayat mendatangi pihak PT.NB beberapa hari lalu, untuk menanyakan pihak perusahan yang terkesan tidak ambil pusing masalah pendidikan dan kesehatan dan hal-hal lain kepada pemilik ulayat suku yerisiam (Perjanjian awal akan diperhatikan pendidikan dan kesehatan).

Menurut Bos PT.NB, hal itu dikarenakan pihak perusahan belum mempunyai pos cadangan keuangan yang cukup dalam menangani hal-hal tersebut. Menurutnya masayarakat harus bersabar dulu, sampai ada hasil buah lewat areal Plasma kepada pemilik ulayat, baru cadangan keuangan akan disediakan banyak kepada pemilik lahan sawit.

"Kami pihak perusahan, sementara tidak mempunyai cadangan finansial yang cukup, untuk membantu saudara-saudara, tentang hal-hal yang dimaksudkan. Nanti, kalau lahan plasma sudah ada baru akan dana untuk kalian, kita sediakan biaya untuk kalian yang banyak pemilik ulayat", Tegas Imam Basrowi.

Hal ini membuat, pemilik ulayat sangat kecewa dengan pernyataan pihak perusahan. Menurut salah satu pemilik ulayat yang juga sebagai koordinator masyarakat kampung Sima dan sebagai salah satu  Ketua Koperasi Masyarakat kampung Sima distrik Yaur Nabire, " Yunus Monei". mengatakan bahwa, ini hal yang sangat tidak sesuai dengan tujuan investasi ini. Menurutnya; hal yang tidak bisa ditunda adalah; kesehatan, makan, minum, dan pendidikan. Kalau seperti begini kami akan bagaimana ???

Ketua Koperasi Masyarakat Kampung Sima " YUNUS MONEI"

Kondisi pemilik Ulayat Suku Besar Yerisiam kampung Sima Distrik Yaur Kabupaten Nabire-Papua.Yang lahan adatnya diserahkan kepada investasi sawit, kehidupanya selama lima (5) tahun sangat memprihatingkan. Harapan mereka akan investasi sawit yang akan membawa mereka mencapai perubahan di segala hal, jauh dari apa yang mereka harapkan.

Kesehatan, pendidikan, perumahan, air bersih, dan kebutuhan lainya, masih menjadi persoalan fundamental yang terjadi kepada pemilik ulayat.

Sekedar informasi perusahan sudah membuka lahan sawit, seluas 19.000 hektare, (sebelumnya dikabarkan melalui tulisan saya bahwa PT SAD, membuka lahan 8.000 hektar) di areal adat suku besar Yerisiam kampung Sima Distrik Yaur Nabire-Papua. Namun pemilik ulayat masih terus di bawah garis kemiskinan.

Sikap Pernyataan:
1. Kepada lembaga kemanusiaan segera menyikapi dan investigasi atas persoalan kelapa sawit PT SAD di Sima dan PT Nabire Baru di Wami. 

2. Segera Menarik kembali PT Nabire Baru dan PT SAD dari Kampung Wami dan Sima, Distrik Yaur Kabupaten Nabire Papua.

3. Kepada Gubernur Papua, Bupati Nabire, dan Pimpinan Agama segera memerintahkan agar Perusahan Kelapa Sawit MENIADAKAN DARI KABUPATEN NABIRE.

4. Arsip!



Peace


Dorbon di Papua!!




Minggu, 11 Januari 2015

MAYA SOETORO SIAP MEMBANTU PAPUA MELALUI PENDIDIKAN DAN KESEHATAN

Maya Soetoro siap membantu Papua lewat pendidikan


Maya Soetoro siap membantu Papua lewat pendidikan
Maya Soetoro, adik Presiden Amerika Barack Obama (istimewa)
 Pemerintah Provinsi Papua bersama masyarakat Papua mendapat kepercayaan dari Maya Soetoro dimana ada keinginan yang besar dari pihaknya beserta Presiden Universitas Hawai dalam mendukung program pendidikan dan kesehatan di Papua,"

Jayapura (ANTARA News) - Maya Soetoro adik dari Presiden Amerika Serika Barack Obama siap membantu Papua melalui program pendidikan dan kesehatan, kata Gubernur Provinsi Papua Lukas Enembe, SIP.MH.

"Pemerintah Provinsi Papua bersama masyarakat Papua mendapat kepercayaan dari Maya Soetoro dimana ada keinginan yang besar dari pihaknya beserta Presiden Universitas Hawai dalam mendukung program pendidikan dan kesehatan di Papua," ujarnya.

Gubernur menuturkan bahwa hal tersebut disambut baik oleh pihaknya dengan akan membentuk tim untuk menindaklanjuti hasil pertemuan tersebut. Dimana keinginan dari Maya Soetoro adalah agar Pemerintah Papua bisa mengirim putra putri terbaiknya untuk bisa mengambil gelar S2 dan S3 di Universitas Hawai dengan biaya yang murah atau sudah mendapat diskon.

"Tentunya tinggal bagaimana Pemerintah Provinsi Papua bisa merekrut putra putri asli Papua yang terbaik untuk diberangkatkan ke Hawai nantinya, sedangkan keterlibatan dari para bupati se-Papua sangatlah diperlukan dalam memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Provinsi Papua," urainya dalam siaran persnya kepada Antara di Jayapura, Jumat.

Gubernur menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Papua akan melakukan MoU (Memorandum of Understanding) bersama pihak dari Maya Soetoro dan Universitas Hawai sehingga dalam MoU tersebut bisa jelas dilihat kesepakatan apa saja yang akan menjadi tanggung jawab pemerintah juga pihak Maya Soetoro dan Universitas Hawai.

"Tidak hanya itu, dalam pertemuan tersebut juga telah disepakati penanganan pendidikan dasar, pendidikan menengah dan perguruan tinggi," tandasnya.

Lebih lanjut Gubernur menjelaskan bahwa ada juga keinginan dari Maya Soetoro agar Pemerintah Provinsi Papua bisa membentuk suatu lembaga atau yayasan yang khusus menangani masalah pendidikan sehingga bantuan yang nanti d turunkan bisa langsung sampai kepada para pelajar malalui lembaga-lembaga tersebut. Pasalnya permasalahan pendidikan sudah menjadi perhatian khusus dari Maya Soentoro.

"Saya berharap hasil dari pertemuan ini akan menjadi kongkrit dan nyata, tidak hanya menjadi pertemuan biasa karena kapasitas dari Maya Soentoro selain sebagai adik kandung dari Presiden Amerika Baraq Obama, juga sebagai guru besar di Universitas Hawai. Apalagi Maya Soetoro telah menjadwalkan akan datang ke Papua pada tahun depan untuk melihat langsung penanganan pendidikan di lapangan secara langsung," pungkasnya.

Untuk diketahui, Gubernur Provinsi Papua Lukas Enembe, SIP.MH bersama Ketua MRP Timotius Murib, Waket I DPRP Papua Yunus Wonda, Waket Komisi C Carolus Boli dan Bupati Kabupaten Paniai Hengky Kayame melakukan pertemuan dengan Maya Soetoro di Hotel Seraton Daerah Istimewa Yogjakarta.
Editor: Tasrief Tarmizi

ANAK SMA DITEMBAK OLEH BRIMOB POLDA PAPUA (PELURUH TEMBUS PELURUH DIBAGIAN DEPAN DI DADA) DI GORONG-GORONG TIMIKA PAPUA sejak 10 Januari 2015

ANAK SMA DITEMBAK OLEH BRIMOB POLDA PAPUA


Anak Kepala Suku Mee di Timika, Meki Nawipa (19), dikabarkan ditembak, Sabtu pada 10 Januari 2015 waktu malam, oleh anggota Brimob Polda Papua. Polisi Brimob itu adalah polisi yang sedang berjaga-jaga di kawasan Gorong-gorong, Timika, Papua. Korban yang ditembak itu, kini sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mimika, Papua. Ayah dari korban penembakan, Piet Nawipa, ketika ditanya keluarga korban Sabtu malam, membenarkan informasi penembakan terhadap anaknya, sekitar pukul 20.00 Wit, di Gorong-gorong Timika, Papua. "Benar, anak saya dapat tembak dari anggota Brimob di Gorong-gorong, sekarang sedang di rawat di RSUD Mimika, kami sedang tunggu perkembangan," kata Piet.

Kronologi penembakan tersebut, kata Piet, sekitar pukul 19.30 Wit, anaknya bersama temannya makan mie bakso yang biasa dijual di Gorong-gorong. Anaknya sendiri membayar lunas harga mie bakso yang berkisar Rp. 15.000, sedangkan temannya hanya mampu membayar setengahnya karena tidak memiliki uang yang cukup. Karena uang tidak cukup, teman anak saya bilang kalau besok baru sisanya di lunaskan, tapi penjual bakso yang diduga aparat itu tidak terima dan minta harus dibayar sampai lunas. Karena anak saya juga tidak punya uang untuk bantu bayar, mereka sempat bersitegang dengan penjual bakso itu, dan ada yang melihat, kemudian pergi lapor ke aparat Brimob yang berjaga-jaga di Pos, dan langsung terjadi penembakan. Ketika beberapa anggota Brimob datang, Meki bersama temannya berusaha melarikan diri, namun aparat bukan justru berbicara baik, langsung melepaskan tembakan ke arah mereka. Dia kena pas di dada kanan, karena mereka terkurung di tengah, setelah dapat tembak anak saya datang ke rumah sambil pegang tempat tembakan, dan kami berhentikan mobil, dan langsung di antar ke rumah sakit.

Saat ini keluarga besar suku Mee sedang berdatangan ke Rumah Sakit untuk memastikan kondisi dan perkembangan kesehatan anaknya. Ayah korban juga belum tahu, apakah anak saya ditembak dengan peluru tajam atau peluru karet, kami akan terus memantau perkembangan dia.


Kapolres Timika, AKBP Jermias Rotini, S.Ik, ketika dikonfirmasi media ini, Minggu pagi, belum bersedia memberikan keterangan. Beberapa pesan singkat yang dikirim juga tak dibalas.

Sabtu, 10 Januari 2015

MEMORIAN: PANIAI BERDARAH PADA 8 DESEMBER 2014

MEMORIAN PANIAI BERDARAH
PADA 8 DESEMBER 2014


Kronologisnya: Pada subuh senin, 08 Desember 2014, kira-kira pukul 02.10 WP. Seorang anak lakik-laki bersama beberapa orang lainnya menjaga pondok natal yang didirikan oleh warga di pinggir jalan yang melintas Jalan Raya Enarotali-Madi.
Saat itu, sebuah mobil patroli Polres paniai dari arah Enarotali melintas menuju Madi. Mobil itu tidak menyalahkan lampu sebagai penerangan jalan.
Anak laki-laki yang menjaga pondok Natal itu menegur, ’’ woee, kalau jalan malam itu harus nyalakan lampu,” kata anak laki-laki itu.
Ternyata mobil itu ditumpangi Polisi.
Polisi yang sedang berpatroli tak menerima ungkapan tersebut. Mereka menuruni mobil dan mengejeknya dengan bahasa yang tak sedap didengar.
Anak tersebut dipukul dengan popor senjata. Anak itu pinsan.
Besoknya, Senin (08/12/2014), sekitar pukul 07:30 WP, warga Ipakiye melakukan aksi menuju Polres paniai di madi. Dalam perjalanan itu, dihadang oleh apart Polisi dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Tim Khusus 753 yang berada di paniai Papua.
Sebagian warga telah berkumpul di lapangan sebak bola Karel Gobay, Enarotali. Mereka mulai berkomunikasi dengan aparat kepolisian dan brigadir mobil yang ada disitu. Tetapi, tidak ditanggapi.
Karena kecewa, warga yang berkumpul dilapangan sepak bola Karel Gobay mengambil batu di sekitar mereka dan melempari kantor koramil yang letaknya depan lapangan. Juga mobil dalmas yang dikemudikan para petugas patroli tanpa lampu penerang tersebut dihancurkan masa.
Aparat gabungan Tim Khusus 753, Brimob dan polisi menyikapi ekspresi kekecewaan warga dan menembak ke arah massa aksi yang berkumpul dilapangan Karel GHobay, Enarotali.
Tindak aparat ini menewaskan empat (4) warga sipil dan sebelas (11) warga lainnya mengalami luka berat.
Wakil Bupati Kabuapten Paniai, Drs. Yohanis You, M,Si, yang mendatangi tempat kejadian perestiwa (TKP) untuk bernegosiasi dengan gabungan militer, ditodong dengan senjata. Wakil Bupati pun pulang tanpa mampu berbuat apa-apa.
Sekitar pukul 09: 00 WP, korban tembak mati bertambah dua sehingga seluruhnya ada enam.
Salah satu dari korban tembak, Yulian Yeimo, akhirnya meninggal dari rumah sakit saat menjalani perawatan medis.
Keluarga korban bersepakat untuk tidak mengubur 6 mayat hasil penembakan gabungan TNI 753, Brimob dan Polisi.
Mereka memutuskan menunggu kedatangan kapolda dan kodam Papua untuk mempertanggungjawabkan tindakan anggotnya. Mayat dijejer di lapangan Karel Gobai.
5 orang yang ditembak mati dan sudah bias dipastikan, oleh gabungan militer Indonesia, 17 orang lainnyaluka tembak dan kritis.
SATU: Simon Degei berusia 18 Tahun. Ia sekolah siswa di SMA Negeri I Paniai dan saat ini berada di kelas III. Ia di tembak mati ditempat dan saat ini masih dijejer bersama mayat lainnya di lapangan sepak bola, Karel Gobai.
DUA: Otianus Gobai. Ia berusia 18 Tahun. Ia siswa SMA Negeri I Paniai kelas III, mengenakan baju sekolah, osis. Ia ditembak mati di tempat.
TIGA: Alpius Youw berusia 17 Tahun. Ia juga adalah siswa SMA Negeri I Paniai kelas III. Tampak di foto, dia menggunakan baju olahraga biru. Bersama tiga korban lainya, dia ditembak mati ditempat.
EMPAT: Yulian Yeimo berusia 17 Tahun. Ia siswa SMA Negeri Paniai. Saat ini, berada di kelas I. ia meningga di RSUD Paniai.
KELIMA: Abia Gobai berumur 17 tahun. Ia juga siswa SMA Negeri Paniai. Seperti 3 rekan yang lainnya, ia berada di kelas III. Abia ditemukan tewas di kampung kogekotu, sebelah lapangan terbang, sekitar 400 meter dari kantor Porles Paniai. Mayat Abian Gobai telah dibawa ke rumah oleh keluarga. Mayatnya tidak dijejer bersama mayat empat rekannya di lapangan sepak bola Karel Gobay.
Keenam: Ada penambahan korban. Dua mayat, baru ditemukan. Jasatnya belum dipastikan. Dikarena kan, jaringan Telkomsel yang tidak aktif, sehingga tidak bisa berkomunikasi.
Sementara 17 orang luka-luka kritis oleh karena, pukulan dari popor senjata dan tembakan. Mereka masih dirawat di RSUD Paniai di Madi. Yaitu:
1. Oni Yeimo (Pemuda), 
2. Yulian Mote (25 Tahun, PNS),
3. Oktovianus Gobai (Siswa SMP kelas I),
4. Noak Gobai (Mahasiswa di STIKIP Semester V),
5. Bernadus Magai Yogi (Siswa SD kelas IV),
6. Akulian Degei (Siswa SMP kelas I),
7. Agusta Degei (28 Tahun, Ibu Rumah Tangga),
8. Andarias Dogopia (Pemuda),
9. Abenardus Bunai (Siswa SD kelas IV),
10. Neles Gobai (PNS),
11. Jerry Gobai (Siswa SD kelas V),
12. Marice Yogi (52 Tahun, Ibu rumah tangga),
13. Oktovianus Gobai (Siswa SD kelas V),
14. Yulian Tobai (Satpam RSUD),
15. Yuliana Edowai (Ibu rumah tangga),
16. Jermias Kayame (48 Tahun, Kepala Kampung Awabutu),
17. Selpi Dogopia (34 Tahun),

Pernyataan Sikap:
Peristiwa Papua berdarah berawal dari 19 Desember 1961 saat Operasi Trikora. Dimana, telah melakukan pembunuhan, penyiksaan, pemerkosaan kepada rakyat Papua Barat yang pro-kemerdekaan Papua Barat.
Peristiwa, tragedi atau gejolak Papua terus berlanjut hingga 1 Mei 1963 saat penyerahan administrasi Papua Barat kepada Indonesia melalui Badan Perwakilan PBB, UNTEA. Sejak itulah operasi demi operasi militer guna mensituasikan Papua sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) telah melakukan genosida, pelanggaran HAM berat kepada orang asli Papua.
Hingga hari ini terus terjadi. Terbukti dengan situasi yang dibuat, dipicuh oleh Militer Indonesia.
Dua bulan terakhir ini tercatat bahwa tiga orang warga sipil di Dogiyai yang ditembak di kaki hingga mengalami lumpuh. Sementara 10 orang aktivis dipenjarakan di Polres Nabire hanya karena menyuarakan kebenaran dan dikenakan Pasal 160, 106, dan 55 secara sepihak tanpa ada koordinasi seimbang dari korban. Hal yang sama, enam orang aktivis di Kaimana ditahan, yang sebelumnya sekertariat KNPB digrebek oleh Polisi Indonesia. Rumah warga sipil dibakar, beberapa warga sipil ditahan, hanya karena tidak mampu mengejar TPNPB (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat). Tragedi Paniai Berdarah, seperti pada materi di atas. Dan Delapan orang aktivis ditahan tanpa alasan di Dok VIII, Jayapura, pada tanggal 9 Desember 2014 waktu sore Papua.
Dengan demikian, kami Aliansi Mahasiswa Papua Komite Pusat menuntut:
1. Rezim Jokowi-JK HARUS Bertanggung Jawab Atas Tindakan Pelanggaran HAM Berat oleh TNI/POLRI di Tanah Papua, Khususnya di Kabupaten Paniai yang telah Menembak Mati 6 Warga Sipil dan 17 belas luka-luka.
2. Tarik Militer Organik dan Non-organik Dari Seluruh Tanah Papua. Karena, Ada Sebagai Pelaku Pelanggaran HAM di Tanah Papua.
3. STOP Pengiriman TNI/POLRI ke Tanah Papua dan Penambahan Kodam, Pos-pos Militer lainnya.
4. STOP Pengejaran dan Penangkapan Tanpa Bukti Fakta Pelanggaran.
5. HAPUS UU Penanaman Modal Asing di Tanah Papua. Karena, Awal Mula Malapetaka Pelanggaran HAM di Tanah Papua.
6. Melalui Jokowi-JK, Indonesia STOP Menutupi dan Mengalihkan Persoalan HAM dengan Pendekatan-Pendekatan Nasionalis-Sosialis, Penipuan Publik.
7. STOP Penipuan Kepada Rakyat Papua Barat Melalui Paket/Produk Kebijakan Indonesia yang Sepihak, HAPUS UU. NO 21 Tahun 2001 Tentang Kebijakan Otonomi Khusus.
8. Buka Ruang Demokrasi di Tanah Papua dan Berikan Akses Jurnalis Internasional Seluas-luasnya Untuk Melakukan Kegiatan Jurnalis di Tanah Papua.
9. Berikan Hak Menentukan Nasib Sendiri Bagi Orang Asli Papua sebagai Solusi Demokratis.
Demikian pernyataan sikap kami, secara tegas dan terus akan kami tuntut, mohon pantauan semua pihak dan kerja samanya yang baik, kami ucapkan terima kasih.

Kolonialisme, Hapuskan!

Militerisme Kolonial, Lawan!

Imperialisme, Akhiri!

Salam Pembebasan!

Salam Revolusi!


Oleh DT: Messi: AMP!!